Bakmi Gunung yang Ngehits

Ini hasil reportase tim Maknews yang saya tulis dan diedit dalam rapat redaksi. Jika ingin lihat versi liputan kami, bisa juga lihat di https://tinyurl.com/s2fgrk2

Siang itu 11 Februari 2020 pukul 09.30 WIB, gerobak mie ayam yang biasa mangkal di depan pagar Pusdiklat Keuangan Umum (PKU) sudah tidak terlihat lagi . Sudah sold out kata petugas security PKU, sambil menunjuk arah Gudang Sarinah tempat penjual mie ayam ngehits di kalangan peserta pelatihan di PKU memindahkan gerobaknya. “Belum sah jadi peserta diklat KU jika belum mencoba Bakmi Gunung” adalah slogan populer yang mendasari reportase ini.Tim MakNews bergegas menuju halaman seberang perkantoran DHL itu dan beruntung masih bisa menjumpai Bapak Karno, penjual mie ayam, yang tengah beristirahat dengan isterinya di bawah rindangnya pohon Belimbing. Rupanya pangsit wonton dan kerupuk pangsit mereka sudah diborong ludes oleh pembeli dari kawasan perkantoran Kuningan, tetapi beliau berkenan membuatkan bakmi untuk Tim MakNews dengan bahan yang masih tersedia sambil memenuhi wawancara kami.

mie gunung

Biasa dipanggil Pakde Karno, pria kelahiran 1969 ini berasal dari Baturetno Wonogiri. Memulai berjualan Bakmi Gunung dari 1993, ia sebenarnya meneruskan jualan bakmi abangnya yang sudah dirintis di jalan Pancoran Timur II sejak 1987 namun harus berhenti untuk pulang kampung. Saat itu gedung PKU belum ada, masih berupa bedeng yang akan dibangun menjadi Gedung Microfilm. Sejak itu Pakde Karno aktif meracik sendiri sajian mie ayam dengan harga tiga ribu rupiah saja per porsi pada masa itu. “Disebut Mie Gunung karena porsinya menggunung di mangkok sebab mie (yang disajikan) banyak dan pakai tambahan pangsit basah, bakso dan kerupuk pangsit” kata istri Pakde Karno.

Bahan dasar mie dibuat oleh saudara ipar Pakde Karno di Depok sedangkan bahan lainnya yakni bumbu-bumbu, ayam dan sawi diperoleh dari pasar tradisional terdekat dan diolah oleh Pakde Karno beserta istri. Mereka setiap hari berjualan di depan PKU habis sebelum jam 10 pagi seperti hari ini. Meskipun penjualan tidak menentu, bila dirata-rata per hari bisa menjual sedikitnya 50 porsi. Pagi-pagi sekali sudah meninggalkan rumahnya di daerah Olimo di Jakarta Kota, Pakde Karno mengakui pelanggan setianya sangat banyak, bahkan ada yang dari luar kota seperti Bogor, Bekasi, Sukabumi bahkan Bandung. Rasa masakan dan porsi yang tidak pernah berubah membuat Bakmi Gunung tetap bertahan hingga saat ini sudah mencapai 33 tahun berjualan.

Pakde Karno tidak mau mengubah ukuran porsi karena hal itu yang selalu diingat oleh pelanggan setianya. Menurut pengakuan isteri Pakde Karno, jika mereka menaikkan harga pun tidak pernah terlalu tinggi agar pelanggan yang rata-rata pegawai kantoran di seputaran Pancoran tetap dapat menikmati Bakmi Gunung sehari-harinya. “Harga kami menyesuaikan sedikit saja dari 3000 menjadi 3500, lalu 4000, terus 4500 hingga saat ini harganya 10.000” imbuhnya. Harga itu sangat murah melihat porsi yang sangat banyak dan rasanya yang cukup lezat. Ada pengalaman lucu yang terjadi beberapa tahun yang lalu ketika Bakmi Gunung dipakai sebagai objek taruhan. Challenge-nya yaitu siapa yang bisa menghabiskan porsi terbanyak maka akan jadi pemenang. Dan pemenangnya ternyata hanya sanggup menghabiskan 3 porsi bakmi.

Saat ditanya mengapa tidak menawarkan Bakmi Gunung lewat aplikasi online, pasangan ini menjawab jika mereka takut kewalahan dan jadinya tidak dapat melayani pembeli yang makan di tempat dengan baik. Pakde Karno lebih suka melayani pelanggan sendiri hanya dibantu oleh istrinya, tipikal orang yang old school. Jika sobat Maknews ingin membuktikan kedahsyatan Bakmi Gunung, kami merekomendasikan untuk datang pada pagi hari sebelum kehabisan. Semoga sehat selalu Pakde Karno, dan semoga Bakmi Gunung semakin legendaris di seantero Jabodetabek.

Rating Maknews : 9/10

Table Manners

dining
Ketika mengikuti pelatihan Diplomasi Ekonomi bulan Maret 2018, saya mendapat banyak ilmu tentang hukum Ekonomi Internasional serta cara melakukan effective loan agreement. Di antara hal yang terkait kemampuan lobbying dan melakukan negosiasi, ada tambahan materi tabble manners agar kita sebagai delegasi dari Indonesia tidak melakukan kesalahan sepele di meja makan yang bisa jadi memalukan bangsa ita sendiri. BTW, lha saya ini loh sudah sering jadi delegasi perwakilan Indonesia di acara2 internasional, tapi saya sih nggak merasa pernah bikin salah kalau lagi acara dinner basamo, coz saya bisa niru2 di sebelah kanan kiri saya kalau lagi makan. Etapi ternyata ada juga kesalahan2 kecil saya ternyata, tapi yaudahlah uda lewat ini so malunya juga terlambat hihihii…
BTW Pelatihan Diplomasi Ekonomi di tempat saya tuh keren banget ya, pengajarnya sih top di bidangnya, macam Prof. Hikmahanto Juwana, Yu Un Oppusunggu Ph.D, Dr. Yetti Komalasari, para ambassador dari Kemenlu dan masih banyak lagi. Lha yang mengajari Table Manner itu Ambassador Hanief Djohan, Widyaiswara utama di Kemenlu. Kami pakai katering khusus yang dipesan dari Aria Catering dengan menu2 internasional yang saya sendiri sudah lupa , habis nama2nya kepanjangan sih hihihi..yang jelas intinya ada appetizernya sup krim, main coursenya steak, dessert cake, ditutup teh manis or coffee dan acaranya Farewell Luncheon buat ambassador yang pindah tugas ke negara lain, ceritanyaaa….
Yah intinya sih kata pengajar: when in Rome, do as the Romas do. Jadilah kita belajarnya seriusan nih, termasuk berpakaian resmi untuk dinner (yang bapak2 pakai jas dan dasi, yang ibuk2 pakai evening dress. Saya sih cukup pakai two-toned suit seperti ketika saya mengajar, sudah biasa rapi sih as a trainer gitu loh 😀 )
Oya sebelum masuk ke Dining Room kita di kelas dulu untuk pembekalan tatacaranya. Misalnya nanti jika datang ke Reception Room kita harus bermuka ceria, mengisi buku tamu, salaman sama host dan berbasa basi mengucapkan rasa hormat dan terima kasih karena diundang. Bawa oleh2 kalo perlu. Nah ini yang saya nggak lakukan ketika diundang Laura Kodres dari STI IMF Singapore, padahal waktu itu saya sudah bawa souvenir buat dia tapi nggak jadi saya kasih. Waktu itu saya urungkan ngobrol dengan dia karena dia selalu dikerubungi orang, padahal nggak apa2 jika kita menyela just to say thank you for inviting us. Tapi saya masih mendingan lah karena acara di reception room seperti itu selalu mengobrol dengan tamu2 dari negara lain dan bertukar kartu nama.Paling kita ngomongin snack yg disajikan atau the city tempat konferensi. Hati2 ya kalau acara coctail ini minumannya suka mixed dengan alcohol, kalau saya sih cuma minum water aja biar aman.
Oke ketika memasuki ruang makan, kita tinggal mencari meja dengan nama kita di sana.Nah jangan buru2 duduk coz harus berdiri sejenak di belakang kursi menunggu host dan distinguished guest masuk. Kita duduk setelah para host duduk, dan yang saya suka itu tamu pria di sebelah kanan kita pasti menarikkan kursi buat kita. Waktu di Belanda begitu sih. Tapi ini nggak kejadian pas saya reception dinner di KDI School Korea tempo lalu…jadi saya rasa teman Filipina dan Afsel saya kala itu belum tahu table manner juga hihihii
Okeh ketika duduk jangan pegang2 piranti makanan sebelum dipersilahkan untuk memulai. Nah ini juga saya baru tahu juga, jadi keingetan teman saya Manuel yang megang2 soup spoon sambil diliat2 “is it really gold?” hahaaa kalo gt barti ndeso ya qqk, untung saya nggak ikut2an. Oya, ini piranti makan a la Eropa normally kayak begini ni:
breathtaking-fine-dining-table-manners-14-home-design.png
Nanti menggunakan pirantinya urutan dari arah luar ke dalam. MEskipun makanan sudah disajikan waiters di depan kita, jangan mulai makan sebelum teman semeja semua tersaji pulak. Sabar…
Trus waktu makan, kita harus menyantap sedikit demi sedikit, eat from the outside in, dan tidak dengan cara makan yang lahap. Bwahahaa ini dia nih temen Korea dan Jepang saya suka makannya kaya diburu setan. Saya juga suka ilfil sama teman yang kalau makan bunyi kecap2, nggilani. You’ve gotta chew with your mouth closed. Pokoknya harus elegan, duduk tegaknya dijaga. Ngga boleh nyender. Kedua siku tangan juga jangan di meja selama makan.Supaya elegan makanya talk about pleasant things disela makan. Lha ini nih kadang saya suka kelupaan kalo sudah fokus ke makanan. Badan kita yang ditundukin kalau mau menyuap, padahal harusnya tangan kita yang lebih naikin supaya kita tidak terlalu membungkuk2. Oya ketika makan hot appetizernya, sup krim waktu itu, pengajar membetulkan saya kalau menyendok soup itu dari arah dalam ke luar supaya tidak menumpahi pakaian kita. Swear ini yang susaah…kewolak walik terus hihii..
Menu main course waktu itu kan beef steak pake mashed potato trus ada steamed veggie gt, lha ini nih saya suka sebel jika makan steak. Saya suka potong2 dulu semua baru saya makan pakai garpu, habis ngga biasa makan pakai tangan kiri. Kata Ambassador Hanif tidak apa2 itu juga American style, kalau European style memang dipotong baru dimakan, jadi lebih rapih. Setelah main course ditutup dengan red wine,yang diganti pakai fanta merah waktu itu. Oya posisi naruh peralatan makan selama dan setelah selesai kurleb seperti ini:
The-proper-resting-and-finished-position-for-a-fork-and-knife..jpg
Menu penutup adalah red velvet cake with creme brulee…muanis pol untungnya creme nya cuma seuplik. Dimakan dengan sendok dessert dengan potongan kecil2 ya biar ngga cepat habis hihihii. Terus terakhir minum hot tea dan selesailah acara maksinya. Host mengajak toast untuk tamu kehormatan, kita ikut salut juga. Setelah tamu kehormatan pulang, kita pamitan. Before leaving the event, always find the host and thank him, personally, kita semua satu per satu melakukannya. Kelar deh acara makan siang kita.
Senang banget kalau pelatihan itu disertai praktik langsung, jadinya diklat itu bermakna dan berkesan. Next time saya mau bikin gala dinner deh buat geng saya biar jadi agak classy dikit, ngga cuman bisa hahahihi pas botram liwetan. 😀 😀 😀
table manners

Jangan Maksa Kuliner di Malang

DSCN8106Saya nulis ini di Malang, hari terakhir stay dari 25 Juni sd 8 Juli lalu. Puas sekali wisata kuliner di kota kelahiran, tapi ada juga kekecewaan karena harapan nggak sesuai kenyataan. Ini kaitannya sama nostalgia dengan makanan yang saya idam2kan udah lamaa sebelum saya mudik, pas terlaksana makan di tempatnya ternyataaa njekethek gak asik blas… Saya mulai dulu satu per satu yah..

  • Bakso President: tahun 2015 lalu saya batalin makan di sana karena nggak tahan ngantri pesenan yang kayak uler itu dan pindah makan di Pahlawan Trip (suerr yang ini enyaak banget dan ngga susah parkirnya). Kemarin Lebaran hari ke-3 saya bisa makan di warung samping rel yang legendaris itu, tapi yaelaaa lha kok rasanya jauuh sama dua tahun lalu saat saya makan di sana. Baksonya kurang murni, agak kebanyakan kanji rasanya, udah gitu uasin pol kuahnya, bakso bakarnya nggak banget kali karena bikinnya massal pulak, jadi ngga panas2 banget dari pemanggangan, udah setengah dingin malah, ngga enak kan? Sepertinya BaPres ini mengutamakan kuantitas daripada kualitas sekarang, padahal dulu saya makan bakso rombong dia yang lagi lewat di depan kantor lama saya di Jl WR Supratman itu enak pol sama persis sama yang di pusatnya. Baru kali ini saya makan bakso Ngalam malah jadi eneg karena keasinan, oalaa iki jane generasi ke berapa yak yg jualan kok ngga bisa pake resep turunan dari ebesnya secara persis. Akhirnya saya declare bahwa bakso favorit saya adalah Bakso Cak Wandi dari Kalimososdo Gg V dan Bakso Pak Min dari Kalimosodo Gg IV, top markotop ngga ada yang ngalahin even bakso kota Cak Man itu. Adik saya tau saya kecewa sama Bapres bilang ayok deh besok ke Bakso Toha di Semeru, tak jamin puass, cuman karena saya lg banyak acara anjang sini sana sono so ini bakal tak jadwal buat tahun depan aja deh. So far Cak Wandi is de best lah.
  • Soto Ayam Lombok: saya makan di Jalan Sulawesi, yang warung asli pas jam setengah dua belas siang selepas dari ngunjungin Musium Musik Indonesia. Seharusnya kalau makan pas jam lapar2nya tuh akan nikmaat banget tapi njekethek kuahnya kayaknya kuah ngangetin kemaren, ngga seger blas. Udah gitu koya-nya terlalu ireng…jangan2 nggongsengnya kegosongan, kasinan pulak. Saya nggak percaya ini resep tahun 1956, dulu kok wuenak nyus saiki kok ngono ya, masih jauh enakan Soto Lamongan yang ideran di Polehan…langsung ngedrop deh selera saya sama soto-sotoan waktu itu.
  • Hawaii Bakery: ini toko favorit saya saat masih kecil. Kalau habis berobat di DKK jalan Arjuno, kadang mampir toko roti di Kayutangan itu. Makan satu roti rasanya uenak bin kenyang, sampai saya jilatin jari kalo selesai makan. Bapak saya dulu kalo snack rapatnya Hawaii selalu dibawa pulang buat kita. Kemarin ke sana saya bingung nih, rotinya banyak macemnya (jaman dulu sih makannya cuman roti sisir, roti butter, donat meses, roti isi kacang ijo sama roti pisang bolen). Akhirnya saya milihin random saja satu2 setiap jenis yang menarik mata saya sd habis 150rb an. Pas sampe rumah, pas dimakan kok biasah aja rasanya, malah enakan Bread Talk kata saya. Yang enak tetep roti isi kacang ijo sama roti butter. Roti-nya semuanya sih haruum dan lembuut, tapi entah mungkin karena level selera sudah naik kali hahaha rasanya nggak spesial blas, saya habis makan satu roti malah mblenek bin mbededeg. Emang segala sesuatu yang berlebihan itu ngga baik ya, kelebihan kenyang juga nyiksa 😀
  • Gule Sate Bunul Paino: yaass ini yang paling BIG NO buat diulang lagi. Saya beli 3 porsi gule (seporsi selawe ewu)…biasaaa banget, masih enakan gule Cipadu deket rumah saya. Sebenarnya misua maunya makan sop kambing atau kepala kambing, saya terpikir beli gule di Bunul coz nggak jauh dari rumah. Kata kakak saya, kalo Paino mah harus makan di tempatnya biar enak, kata saya mah kalo gule enak asal masih panas mau dimakan di mana aja ya tetep enak. Dari Sembilan orang di rumah yang nyicipin itu gule, cuman suami saya yang bilang enak. Jadi kesimpulannya: suami gw kelaparan hehehee

Jadilah saya buat kesimpulan dan jadiin prinsip buat saya: njajal panganan itu gak usah ikutin kepengenan jaman dulu, atau karena saran orang, jarene wong2, food review whatever. And yang paling penting nih jangan maksain njajalin Kuliner di Malang for just a nostalgic reason. Beberapa tempat makan idaman saya sudah saya datangi ternyata ngga ada logo halal nya jadi terpaksa saya batalin. Saya akhirnya banyak nyoretin warung langganan saya dari daftar kesukaan. Yah dulu kan jaman jahiliyah, ya pernah sekali2 makan weci dan gado2 di Toko Oen (sudah tobat sekarang ya coz dia jualan swikee dan B2 kecap), tapi yang jelas warung macam Hok Lay, Gloria, Gang Jangkrik, dll ngga pernah kepengen nyoba dari dulu sih, soale wis eruh kalo nonhalal. Di Malang itu banyak tempat makan especially milik Chinese yang menu B2, wajar karena warga Tiongkok juga banyak di Malang.(No SARA nih, orang Jawa, Arab, Madura, dan Chinese memang banyak di Malang). Naah di Malang tuh seharusnya kalo pas nemu yang ketoke uenak and halal, cobain aja, be adventurous, malah biasanya akan nemuin yang specially delicious. Kayak saya tahun lalu nyoba Martabak Bang Saleh di Kauman, ternyata ngga kalah sama Martabak Agung atau Martabak Kairo.

Oya satu lagi jangan sekali2 juga beli makanan karena latah, yang katanya makanan kekinian kok menurut saya biasah ajah, masih banyak makanan serupa yang jauh lebih enak. Wabil contoh last year saya beli Apel Strudel punya seseartis karena temen2 saya minta ole2 itu dari Malang, saya cobain kok ealaa masih enakan strudel bikinan kakak saya, nggak legit blas cuman menang jualan nama artis. Kalau saya lihat orang2 yang ngantri beli Malang Strudel Kawi tempo hari itu rata2 yo ABG latah atau turis luar kota Ngalam. Kasihan juga saya sama mereka, buang duit cuma buat bikin kaya si artis (yang menurut saya kemaruk banget, semua bisnis dia ambil, dari fashion, makanan, properti, sampei vlog, vt and youtube juga dia embat buat nambah dollar dia cobak….asli jeles aku hahahaa)

So, timing yang tepat, porsi yang tepat juga bakal, serta cita rasa tinggi pasti membuat wisata kuliner yang meaningful di Malang. Saya coba inget2 yang saya sudah nakam apa saja yah yang enyak2 di Malang lebaran 2016:

  • sate ayam ideran di Jalan Kalimosodo, saya beli 20rb dapat 30 tusuk. Bumbunya sambel kacangnya legit and nggak pelit. Yah namanya murah setusuk cuma tiga potong daging ayam, salah satunya mengandung kulit, bener2 nggak bagus buat kolesterol, tapi emang sih yang nggak sehat itu biasane wenak hahaa. Baby saya tiap sore makan sate gini ngga pake bosen, padahal dia agak picky anaknya. Jadi, emang ini pancen uenak puoll.
  • Mie Setan. Saya iseng aja order pake GoFood karena lagi males keluar. Ini mie pedas tapi ada juga yang nggak pedas. Saya pesan Setan Level 3, nggak sanggup ngehabisin, makan belom setengah porsi kuping saya kayak langsung berasap hahaa akhirnya nyulik punya anak saya yang Mie Angel yang nggak pedas. Kata ponakan saya tante ini belom yang level Iblis loh ya. Mie Setan ya cwie mie khas Malang, ada taburan ayam cincang, pangsit rebus dan pangsit goreng plus seiris beef loaf, cocok buat selera anak sekarang
  • Rumah Makan di Resto Inggil di belakang Balai Kota Malang. Kami makan cumi asam manis, gurame asam manis, penyetan tahu tempe telor, pecel terong dan pecel lele. Hueenaak kuabeh. Minuman lucu2 kita cobain mulai sogem sampe macem2 jus.Sudah gitu sambil nunggu menu datang anak2 saya bisa fota-foto sama koleksi restoran yang kayak museum itu. Barang antik jadul banyak sekali. Yang asik itu saya duduk depan panggung live show, nggak tahunya ada persembahan tarian Gambyong and that made me feel nostalgic dengan pengalaman waktu saya nari di SD Taman Siswa. Jadi momen ultah saya yang tak terlupakan saat itu, suami nraktir 1,1 jt saja buat ber-21 orang widiih murmer puol!!
  • Makan sempol di pasar Sabtu pagi Velodrom Sawojajar. Banyak sekali yang jualan sempol di sana, saya pilih jualan yang bersih dan abangnya ngga keliatan kumuh. Waduh, tenan enak sempolnya, persis bikinan sendiri, sesuai selera. Rasanya juga ngga pake micin, saosnya ABC beneran, jempol sepuluh buat abangnya.
  • Rujak cingur di jalan Amprong. Ini kakak saya yang beliin di belakang kantor dia SMP 20 Malang. Rujaknya cukup enak, kurleb sama yang di Warung Pojok Pajajaran. Cuman gitu ya, porsinya menurut saya urakan, buanyak dengan potongan2 yang segede hoha. Kalau saya mau nyuap lontong, tahu and tempenya, saya mesti potong dulu jadi tiga sama sendok, habis nggak syantik juga mangap gede buat nyaplok. (Oya kemarin saya juga makan rujak cingur di Fast Food lantai 5 tunjungan Plaza 1 Sby, ini nih yang sesuai selera. Porsi pas, bumbu kental berlimpah dengan petis aseli,  sayuran banyak , tahu tempe menjes lengkap dipotong kecil2 plus sedikit krupuk udang dan emping melinjo. Ada irisan nanas dan bengkoang pulak, maknyuzz. Cuman ya gitu, seporsi 35 rebu hahaa, ada selera ada harga 😀 ). Rujak Amprong sih murah, tigabelas rebu aja seporsi itupun saya ngga kuat makan sendirian.
  • Es krim di Kampung Tridi Jodipan. Entah kenapa saya pengen maen ke 3D sama anak saya ya, padahal dari dulu nglewatin Buk Gludhug alias Jembatan Brantas nggak tertarik buat nengok. Saya sih iseng aja pengen jalan2 kaki yang naik turun gitu buat olahraga, sudah jalan2 di Splendid Pasar Bunga naik turun, eh coba lagi ke kampung kumuh brantas itu. Yaass di sana lebih ngas-ngosh dan panas pol, lalu anak saya minta dibeliin es krim rumahan, saya lupa namanya pokoknya kayaknya Aicee gt,.. Saya agak ragu belinya tapi karena si kecil merengek jadilah saya beliin es kacang ijo yang seribu lima ratusan. Ternyata enak juga dan saya yakin dia pakai gula aseli, nggak pemanis buatan. Anak2 saya paling ngga kan makan yang Walls, lain dari itu suka batuk setelahnya (Campina dan Diamond nggak masuk list kita, pasti sudahnya jadi tenggorokan serik and bapil). Karena ponakan lain juga mau es saya akhirnya balik beli dua puluh ribu dapat macam2 es sekresek . Nah udah gt besoknya nggak ada yang kena radang tenggorokan kan… Alhamdulillah itu es krim memang bener bikinannya, saya sebelum beli sempet horror juga jangan2 pake air kali Brantas hahaa…tapi karena sudah Bismillah niatnya ngga buat nyilakain anak ya syukur ngga ada yang diare 😀
  • Makan weci di Museum Panji Malang. Ketika anak2 berenang, saya iseng pesen weci, menjes, dan tempe kacang goreng di Kafe Panji. Belinya lucu pake kupon, lima ribu dapat 3 potong gorengan. Saya beli pake 6 kupon, setelah setengah jam pesenan diantar ke gubug kita. Maklum lama coz nggoreng weci kan satu-satu pake centong sayur nyetaknya. Anak2 yang baru mentas kedinginan dari air langsung nyerbu gorengan yang masih mengepul2 itu, enak banget dicocol sama sambel petis. Rasanya masih kurang kurang so kita pesen Pop Mie aja yang cepet mateng hehee. Weci itu asiknya dimakan panas2 pake lombok rawit atau sambel petis, jaan mertua lewat nggak bakal noleh saya hihii…
  • Rawon, kesukaan saya yang ada di Rampal sama di Warung Kurnia Soto Madura samping Modern Photo sebelum Stasiun Malang Kota, di sebrang Warung Rujak Pojok Pajajaran. Kalo di sana mah warung andalan saya buat Soto Maduranya, sama nyuzz nya dengan Rawonnya. Banyak potongan daging dan minim gajih. Dulu waktu masih jadi instruktur BTC kadang saya sarapan di sana, endes puol. Saya nyesel yah kenapa kemaren mudik ngga makan soto di sana aja tapi malah yang di Jalan Lombok itu, ini balasan saya karena nggak setia sama Warung Kurnia sama Rawon Rampal 😀
  • Pecel Tulungagung di jalan Puntodewo Malang. Ini tiada hari tanpa sarapan SGPC buat saya selama di Malang. Porsinya pas, bumbune nyuzz. Ortunya sepertinya sudah meninggal dua2 nya. Sudah dua tahun ini saya diladeni sama anak2nya, tapi pecelnya tiada tara rasanya sama seperti belasan tahun yang lalu. Peyeknya renyah, ada trancaman toge, timun, lamtoro dan kemangi seuplik, mendol nya enak, bakwan jagung nya nyuz, semua dalam ukuran mini sak jempol thok, maklum seporsi cuma 8rb, kalo tambah ceplok telor jadi 10 rb. Sarapan murah bin sehat ya ini nih…joss.
  • Gurame Bakar sama Ayam Bakar di Lientang, saya pesen pake Gojek. Warungnya ada di Sawojajar. Aduuh gurih and manis, sambelnya mantep. Saya nggak ingat berapa habisnya soalnya pake Go-Pay , pokoknya masih muraah banget. Anak2 saya suka banget sama ini, makan nasinya sampai nambah2 he he he…
  • Mujaer Bakar Trisno di Muharto. Naah ini mah warung kebangetan murahnya, Ikan bakarnya so crispy dan sambelnya itu loh, persis seperti sambel Warung Ayam Bakar Solo di Ceger Pondok Aren langganan saya tahun dari 1999-2004 lalu (yang warungnya tiba2 sudah ngga ada sepuluh tahun lalu pas saya balik dari BPN, mungkin karena yang punya sudah meninggal). Pas nyuap pertama ikan bakar Trisno itu rasanya dejavu sama masa2 saya ngidam aybak Solo itu, suami saya juga bilang begitu. Eh harganya ikan Trisno ini… satu paket nasi + sambel lalap dan ikan mujair cuma sebelas ribu, masyaallah murahnyaa… Saya doakan warung itu tambah rame, makin sukses dan banyak pelanggannya, aamiin.

Sementara itu dulu deh, habis sisanya kita makan di McD, KFC, Pizza Hut sama HokBen. Anak saya seleranya belom bisa beralih dari Fast Food, nasib jadi ortu sekarang…anak2 maunya serba instant. Tapi syukur mereka sudah mulai suka cwimie, bakso, sempol, bebek Slamet dan Mbok Dower. Emaknya nih musti sering ajak2 kiddos wiskul very often yass 😀 😀 😀 Wisata Kuliner masih mau lanjut di Malang next time or maybe next year coz belum semua list saya didatangi dalam waktu cuman seminggu. Mamamia semua makanan di Malang rata2 hueenaak pool…belom puas kalo lom nyobain semua reek…

Family Lunch di Resto Remaja Kuring Serpong

kuring

Bulan Desember 2015 saya mengundang keluarga besar saya makan siang di Remaja Kuring, suatu restoran Sunda di jalan Raya Ciater Barat no.27 Serpong. Menuju ke sana cukup lewat tol BSD, keluar tol langsung ambil arah ke Taman Tekno dan sampai di pertigaan Viktor ambil jalan kiri atau lurus. Restaurant tidak jauh dari pertigaan itu, tidak sampai 100 meter di sebelah kanan jalan.

Saya pilih tempat ini karena biar nggak repot masak di rumah, harus beres-beres rumah sebelum dan setelah makan2 hehe emang males. Sebenarnya sih ingin alternatif tempat saja karena rumah sudah sering ketempatan arisan coz ikutan banyak di mana2, jadi sekali-sekali makan di luar saja sama keluarga besar saya ini. Tempatnya asri dan banyak pepohonan, banyak saung-saung dan ada pendopo besar yang bisa dipakai untuk acara pernikahan. Anak-anak saya dan keponakan suka bermain becak2an di sana atau berenang di kolam di tengah area restoran. Kalau untuk kumpul-kumpul sambil momong bocah menurut saya ini tempat idealnya. Saya pilih saung yang tidak jauh dari kolam renang, jadi sambil makan masih bisa mengawasi anak-anak. Keponakan ABG saya seneng banget dapat tempat buat selfie, hampir setiap sudut Remaja Kuring dijadiin spot mereka hahaa…

Soal rasa makanan sih saya rasa standar saja, yang saya suka sih cuma gado-gado pengantin, mirip gado-gado siram Malang (tapi bikinan saya sih lebih enak hehehee…). Oya karena saya sudah pesen tempat dan pesan menu sehari sebeleumnya, maka penyajiannya juga cepat. Saya datang jam 11, setengah jam semua pesanan saya sudah siap. Tapi kalau mau datang mendadak juga bisa lho, di sana sampai 50 orang tanpa reservasi awal sanggup mereka layani karena koki dan waiters nya banyak, saungnya juga banyak pilihan.  Harga di sana sih relatif terjangkau kata saya, meskipun saudara saya bilang kemahalan buat rasa yang di bawah D-Cost. Kemarin untuk berdua puluh orang saya habiskan Rp1,378,300,- alias per orang tidak sampai 70rb rupiah. Rincian menu saya seperti ini:

20 Aqua                                                150,000

20 Es Teh Manis                                 120,000

4 Ikan Kuwe Bakar                             259,000

1 Gulai Kepala Ikan Kakap                 82,000

4 Udang Peci Asam Manis               240,000

6 Bakul Nasi Putih                             126,000

3 Sayur Asam                                         48,000

3 Gado-Gado Pengantin                     72,000

2 Ayam Goreng Utuh                         156,000

Pajak            Restoran                          125,300

Kuncinya sih, yang mahal minumannya (aneka jus sekitar 20rb an), jadi saya belikan mereka minuman standar aja hehehe… Kalau mereka mau nambah sendiri, ditanggung masing2. 😀  Oya karena ada saudara yang bawa brownies dari rumah jadilah kita menghabiskan itu sampai saya kelupaan pesan pencuci mulut, buah potong atau pudding biasanya jd pilihan saya. Senengnya sih kita bisa berlama-lama di sana semalunya alias sampai bosan, kecuali pas ada acara pernikahan di sana biasanya tidak menerima visitor di atas jam 2 siang dan diberitahu sebaiknya sudah keluar jam 3 sore daripada ngga enak sama yang punya hajatan.

So, kalau mau coba maksi bersama keluarga, saya rekomendasikan tempat ini. Jangan lupa bawa tongsis dan baju salin buat yang mau nyebur ke kolam. 🙂

 

Dining at Korea House

I had the chance to enjoy the unique tastes of Korea by tasting traditional court cuisine in a charming atmosphere; yes, a visit to Korea House. It was a very cold evening on November 2015, and KDI School arranged our dinner there. MinJee, our escort from KDIS, told me that the traditional court cuisine of Korea House is cooked on the basis of the records contained in ancient literature. Super, right?

It was like a serial eating. 😀  It was ten ‘theme’ of serving. (I hope I didn’t make mistake with the name of the food). Here we go:

korean platter

First of, we were served with Korean Style Snacks, yummy. Then came Colorful Platter of the Nine Ingredients with Thin Crepes. I ate them all up. Next was the appetizer: Yam, Lotus Roots, Cucumber, Deodeok with Pine nut Sauce. My stomach started to full. Still, came the next was porridge and Water Kimchi. Well, the taste was strange, but I kept on eating. After that was Braised Mushroom in Sweet Pumpkin, and I started to think: so Korean think that Halal food means vegetarian menu? Anyway, I successfully finished that dish. Then next was Stuffed Mushroom & Bean Curd (Tofu) followed by Perilla Seeds Soup with  steamed rice. There were also other side dishes  that I couldn’t remember, it’s like mixed vegetables. And last was the dessert, a pomegranate tea. That the best drink I ever had in Korea. 🙂

IMG_0255(1)

What can I say: my stomach was too full. I heard that the menu costs more than 45,000 KRW per person, whoa what a price! After the spectacular dinner, we went to the theater in the next building to enjoy Korea House performance.

I will write later in full details about the show. But in short,it was most interesting with beautiful costumes and the charming dancers.The traditional dances were amazing and the traditional musical instruments played were unique. There was a overhead projection to explain the performance in English so we could understand the whole show.

What a nice place to enjoy and get a sense of the Korean culture. Kamsahamnida,  KDI School! 🙂

Mangan Opo ndik Malang? A Culinary Directory

This October, I will return to my hometown, Malang (also famous as Paris van East Java). My hometown is so beautiful: its varied geography provides a wealth of leisure activities, such as visiting to serene water dam and waterfalls, knowing the ancient history foundings, making a fascinating day trips. I’m so excited about returning home, for I plan to trace back my culinary adventure in my lovely town.It;s been soo long maan….kuangen puol with my town.

Here I will share you all recommendations of what and where to eat in Malang: from light snack to full meal… The list is arranged according to my preference from the most to the least. Anyway, I’d like to thank my net pals, Fahroe and Pipiw: they have been great sources of information. I believe that this post might not be very complete or accurate, since it’s been 3 years for me to leave Malang. Hopefully, someone will inform me if there are some changes or further information.

Wait, before we move on, you may check out some special terms below (in case you are not familiar with them). This post is trilingual: my language is a mix between Osob Ngalam, Bahasa Indonesia, and English. So, deloken, Jes!

First of, let me define some Indonesian or Javanese terms for you:

Arema= acronym of Arek Malang, means Malang people (especially the young)

Gang = alley

Goreng = fried

Kecambah = grean been sprouts

Kecap = black soybean sauce

Kukus = steamed

Lontong = rice cake (made from rice wrapped in banana leaves and boiled for hours)

Nasi = steamed rice

Pasar = traditional market

Perempatan/Prapatan = junctions

Pertigaan = T-junction

Petis = shrimp paste (or black paste)

Pikulan = a street vendor that ‘mikul’ (carry) his selling on his shoulders

Pojokan = the corner of

Pujasera = food court

Rombong = street vendor that push a ‘rombong (booth) while selling his product

Sambal = chilli paste

Sego = nasi; steamed rice

Warung = canteen/cafeteria serving local menu

NOW, HERE WE GO….

I. Bakso

It’s the trademark of Malang. Arema calls it OSKAB.

Details: a soup containing penthol (meat ball) with its variation: goreng (fried) , halus, kasar, telor; tahu (tofu), somay goreng or kukus , mie (noodle), jeroan sapi (beef liver), vermicelli. Served with daun bawang, fried onion, tomato and chilli sauce, soybean sauce.
Location : Bantaran, Lowokwaru, Glintung, Kemirahan in front of Gang, belakang Mitra II (this is my favourite “Bakso President”), pertigaan pasar Halmahera, Gajayana, etc. There are also rombong2 that sell them in housing areas.

II. Kripik Tempe

Details: fried chips from tempe.

Location: The most famous is Tempe Sanan Cak Mul at Jalan Sanan; Toko Ardani Jl. JA Suprapto.

III. Tahu Campur

Details: The soup is like soto (yellow) with extra bumbu petis, served with daging otot (beef tendon),fried tahu (tofu), menyok (mashed cassava), sayur slada (lettuce), kecambah , suun (vermicelli), krupuk, and hot spicy sambal. Huh-hah! Mbrebes mili…

IV. Rujak Petis ( Rujak Cingur)
Details : Sliced fruits (cucumber, pineapple, bengkoang/jicama) + boiled vegetables (kangkoong, kecambah, gobis (cabbage), kacang panjang/long peanuts), tahu, menjes, & tempe goreng, cingur sapi (beef mouth) served with peanut sauce + petis udang.

Location : Almost all kampung, Jalan Amprong, Jalan Lawu (pindah Sawojajar) Tenes Stadion Rujak Manis and Es Degan Stadion and Primagama Jalan Semeru, Stasiun Kota, Warung Pojok in front of BTC Pajajaran

V. Tahu Petis and Telor Tahu

Details: tofu, scrambled egg, kecambah, lontong, krupuk served with peanut sauce and petis

Location : near SMAN 5 (evening), perempatan Kasin in front of Sego Resek and Gang next to Sinar Brawijaya (in front of Kapal Teknik Unibraw)

VI. Warkop & Ketan

Details: ketan (steamed glutinous rice served with shredded peanut and sugar palm syrup), hot coffee/tea/ginger ale.
Location : perempatan Rampal – SKI, perempatan Kauman in front of RSB Muhammadiyah, Talun Gang next to billiard pool.

VII. CATEGORY: NASI

1/ Sego Campur Buk (Buk refers to ‘ibu’ in Arodam/Madurese)

Details : nasi sayur lodeh, paru goreng, jeroan, ayam, empal
Location : Next to Brantas Gas Sation; Pertokoan Stasiun Kota; Kidul Dalem, in front of Saguanto; Pasar Kebalen ; Pasar Besar

2/ Sego Goreng and Mie Jowo, Sego Resek
Details : nasi goreng putih / mawut, mie goreng / rebus.
Location : Pojokan perempatan Kasin next to bengkel Vespa, Pojokan perempatan Merapi – Buring (RRI Lama); perempatan Pattimura and gedung WISH / BTC, Gang in front of Soto Lonceng Wetan Pasar; Pak Wulan Klampok Kasri; Nasi Goreng Kambing Pedes in kampung Klampok Kasri

3/ Sego Campur Korak and Nasi Bebek

Details : sayur lodeh, bening, sop, kecambah, lauk tempe or tahu plus krupuk; accompanied by teh pait (black tea). The pakan (rice) bebek is nasi lauk pecel and gorengan weci
Location : pojokan pertigaan turunan Bendungan Sutami – IKIP lewat Ambarawa, gang2 kecil at IKIP jalan Surabaya and Jombang, gang Kerto2an in IAIN area and Unibraw, in front of Kelud, in front of Pasar Bareng, pertigaan jalan Jakarta – Ijen (nasi bebek is especially open in the evening)

4/ Nasi Orem-orem
Details : sayur tempe orem2 (sayur kunir), krupuk, lontong or nasi.
Location : in front of pasar Kebalen, rel kereta Boldi, Pertukangan in front of Bioskop Jaya.
If you are lucky, you can find the street vendors (rombong) at Dinoyo, Gajayana and Veteran.

5/ SGPC alias Sego Pecel or LECEP

Details: It’s Javanese salad: boiled vegetables (turi, cambah, kenikir, bayam, kacang panjang, kobis dll) served with peanut sauce and rempeyek. Other accompaniments can be tempe orek, mendhol, bakwan jagung,  and serundeng. There are many versions of pecel: Malang, Blitar, Madiun, Ponorogo, Tulungagung.

Location:Jalan Gede (Dempo), Jalan Rajekwesi, Jalan Kawi , Jalan Letjen S. Parman near Wijaya Kusuma and Dinoyo (in front of pasar), Jalan Bendungan Sutami in front of Pom Bensin / Unmuh Kampus II, Pasar Mergan, Jl. Puntodewo (after SKI-Kalimosodo)

6/ Sego Trancam

Details: Nasi served with sayur lodeh tahu, urap2, lamtoro . Sometimes called seglo slametan or sego kuburan (meals for death ceremony).
Location : di pasar2, Kasin next to Sego Resek

7/ Nasi Pecel Lele

Details: Pecel Lele means nasi with Fried Ikan Lele served with sambal trasi and lalapan (raw vegetables: lettuce, cucumber, cabbage)

Location: Warung Citra Kawi and Soekarno Hatta, Kampung Klaseman (morning only), In front of Perbankan Unmer (evening)

8/ Nasi Gurami Goreng and Bakar at Pujasera2 and Natural Resto found at Kebon Agung.

9/ Tempe Penyet at Kuburan Kasin, many warung around Malang

10/ Warung Nasi Aneka Menu / Restaurant

Top names: Marhaen; Nyik Sun; Warung Lama H. Ridwan, Panglima Sudirman; Lesehan Stadion, Citra, Hok Lay; Toko Oen; Ringin Asri; Warung Bu Haji AREMA (with Javanese using AREMA naming for the meal n beverages) at perempatan Kidul Dalem

VIII. CATEGORY : JAJAN and KUE

1/ Jajan Gorengan

Details : Rich variety of fried snacks and cookies: pohong (cassava), tela (sweet potato), tempe menjes, tahu brontak, weci, tape, bakwan, kokam, gandoz, ketan jadah, tape ketan hitam, tahu petis, getas ketan, perut ayam, etc.
Location : Gorengan can be found almost everywhere in Malang, especially at traditional markets. My favorites are Pasar Bunul and Pasar Besar, Gang Jalan Gajayana next to Salon Didiet, Kaliurang, Perempatan rel kereta Ciliwung

2/ Jajan Pasar
It is the traditional delight served with shredded coconut and syrup of palm sugar.

Details : putu, lopis, cenil, klepon, gatot, sawut, horok2, ketan item-putih

Location : Gang In front of Dunkin Donat Celaket, pasar pagi and malam, Pasar Bunul, Pasar Besar.

3/ Martabak and Terang Bulan Lokal
Details : martabak telor, terang bulan (sweet pancakes)
Location : Pasar Senggol, Kelud, Martabak Dinoyo in front of Soto Kudus, Bang Sohel Tongan, Kairo pertigaan (T-junction) Kauman, Agung pertokoaan in front of Mitra Dept Store, Perempatan ITN

IX. SOTO-SOTOAN:

1/ Soto Dok Soto daging Lamongan

Dok means the sound of ketchup bottle flung hardly on the preparation table and sounds ‘DOK’ so loudly, normally visitors will be startled with the sound. So, murah meriah + kaget 😀 !
Details : soto daging, jeroan sapi, perkedel kentang and hot tea.
Location : It was near Bioskop President Jl.
Sarangan, now it moves to pojokan in front of GOR Pulosari and Pasar Tawangmangu

2/ Soto Babon Khas

It’s like other soto in Malang, except for the chicken is from Babon meat. Babon means a fat, female chicken.

Location : Pasar besi tua Bentoel Lama

3/ Soto Ayam lamongan Oro2 Dowo and di Tlogomas, Khas Jalan Lombok and near STIA Tlogomas spesial pake koyah (soybean powder).

4/ Soto Kambing (Ngelo) It’s soto daging and jeroan kambing with koyah and lontong. The soup contains much fat (gajih)
Location : atround Kampus III Unmuh Tlogomas (Terminal Landungsari)

5/ Soto Shampo . It’s like Soto Lombok, but the taste is more spicy.
Location : a warung at perempatan Lapangan Shampo (Angkatan Laut near SMAN 5) (awas suka antri and habis sebelum jam 11 malem)

X. CATEGORY: BEVERAGES

1/ Wedang Ronde and Angsle

Ronde is a bowl of hot gingerale with roasted peanut and sticky ball called klepon ; Angsle is sweet kuah santan  mixed with bread cut into kotak2.
Location : there are many phikulan or rombong around housing area

2/ STMJ Hot milk, eggyolk, honey, and ginger (sometimes plus ginseng and other herbs)

Location : STJM is always sold at evening time. Jl. Trunojoyo (Pak Sentot), Jalan Kawi, Bareng near Jalan Semangka, Jalan Surabaya, Pujasera Pulosari. The sellers usually sell Roasted Corn and Toast (Jagung & Roti Bakar).

3/ Es Selon

Details: this is actually Es Campur: a bowl of fruit cocktail (blewah/cantalope, nanas/pineapple, melon, alpukat/avocado, tomato) with milk and syrup plus kolang-kaling/sugar-palm fruit, cincau, agar-agar/jelly, rumput laut/ fresh seaweed. I used to have it at Lapangan Rampal , Pasar Bunul, or Jalan Muharto, but it can be found almost everywhere in Malang.

XI. CATEGORY: CHICKEN MENU

Chicken is not only the main ingredient for Soto. There are many variations of chicken dishes:

1/ Sate Ayam ARODAM . Sate Medhure or ETAS KITIP are available everywhere in Malang.

2/ Ayam Bakar Pak No Pom Bensin Kasin Sawahan and sejumlah tempat lainnya

3/ Ayam Goreng

Details: Fried chicken menu. The famous names are Ayam Goreng Pemuda, Ayam Tenes, Ayam Prambanan. I heard Ayam Goreng Lintang Cafe Sawojajar is also good.

Location : In front of Perbankan Unmer, Jalan Galunggung in front of Gading Pesantren and di Pujasera2.

XII. Rawon Jahat Kawi Atas masuk Bareng, Nguling, Warung Perempatan Muharto

XIII. Bang Sohel Tongan Sate Gule and Etas Mbik diberbagai pelosok kota

XIV. Pujasera DEMPO, Bondowoso, Pulosari, Soekarno Hatta, Kawi, Bengawan Solo (Sanan / Purwantoro jalan logam2)

XV. Cantonese Cuisine and Sea Food

1/. Cwimie or Mie Pangsit
Location : Belakang SMA Dempo, Pujasera Pulosari, jalan naik Tanjung – Mergan, Isor Uwit in front of Pasar Oro2 Dowo, Mie Gloria in front of Plasa Malang (non halal), Mie Gajah Mada Pecinan next to Rahman Sports (non halal); and Gang Jangkrik (this too, non halal).

2/ Seafood Location: in every Pujasera; jomplangan Ciliwung

3/ Duk-Duk Chinese Food (Duk-Duk means the sound of kentongan by the street vendors when they wander around Malang to sell their meals)

Details : ala chinese food nasi goreng, mie rebus or goreng, fu yung hai, cap cay, tamie goreng, ayam mentega, nasi mawut, mihun dll.

Location : in front of Bank Bali jalan Semeru, gerbang UNMER, pertigaan jalan Jakarta – Ijen; every housing residences and kost2an (boarding house for students)

XVI. CATEGORY: OLEH-OLEH

Besides tempe Malang, you can try other special OLE2 from Malang:

1/ Kue dollar It’s crepes shaped like coins; It has many variations: plain, banana, chocolate, sesame (wijen), etc. Available at Sukun area.

2/Kripik buah (fruit chips) It’s amazing that many fruits can be converted to chips, like pineapple, strawberry, jackfruit, apple, etc. My favorite is made by Kusuma Agro Wisata. Get them from Lancar Jaya shop.

3/Kripik Bakso I usually buy kripik bakso at any outlets of Bakso President (di Mitra I or behind Mitra II building), Bakso Kota Cak Man.

Well, that’s all that I still remember about the food and beverages in Malang. I think there will be more to hunt in Malang (especially after 3 years of leaving the town). Wadooh, selak moleh, Ker! Kuangeen puool!!!