Sang Poliglot Yang Inspirasional

Hari ini Juni 24, 2021 saya mengikuti webinar dengan Kanwil DJBC Banten yang mengusung topik Ürgensi dan Asiknya Menjadi Poliglot”. Narsumnya adalah Muhammad Elvandi, M.A. masih sangat muda tapi luar biasa begitu eloquent bercerita kisahnya menjadi orang yang sangat mahir menguasai beberapa bahasa asing secara baik, sangat baik malahan. Saya banyak dapat pencerahan dan banyak mengamini tips-tips yang dia berikan karena memang benar saya punya pengalaman yang sama dengan kisah sukses yang dia ceritakan.

Sedikit tentang narasumber, dia kelahiran 1986, tetapi pengalaman berorganisasi dan studi dia sangat luar biasa. Kang El ini dapat beasiswa kuliah S-1 di Universitas al-Azhar Mesir (2007-2011), maka dia sangat mahir berbahasa Arab. Lalu melanjutkan ke Saint Etienne untuk mengambil Master Filsafat di Institut Europeen des Sciences Humaines de Paris (2011-2014). Tahun 2014 Kang El mengambil mengambil Master kedua di University of Manchester pada program MA Political Science: Governance and Public Policy yang diselesaikan di pertengahan 2015. Yang mengangumkan adalah dari SMA hingga S2 beliau aktif dalam berorganisasi. Kang El rajin juga mengisi forum Keislaman, Kepenulisan, Leadership, Public Speaking dan Politik. Di Perancis dia menjadi konsultan pendidikan dan keislaman untuk komunitas pekerja perusahaan Internasional Total Paris, juga menjadi pembicara keislaman dan keindonesiaan di KBRI Perancis, KBRI Autria, KBRI London, Forum Keislaman IWKZ Berlin, SGB Utrech Belanda, KIBAR United Kingdom, dan beberapa komunitas muslim lokal di Newcastle, Manchester, Glasgow dan Aberdeen.Saya sendiri pernah ikutan webinar Telkom Corpu dimana dia juga mengisi di salah satu Expert Sharing Series sebagai pembicara dari MUDA Community, so ini orang memang benar-benar luar biasa menginspirasi, that’s why I’ve gotta share my lesson learnt from him today.

So kita mulai materi dari Kang El ya…

Jadi kita intinya webinar mau bincang tentang pentingya belajar bahasa asing, tetapi Kang El membuka denga cerita bahwa belajar jaman sekarang beda dengan jaman dulu, karena belajarnya digital, dimana kita butuh smart basic learning yang harus bisa memudahkan pembelajar buat digest knowledge & skills yang lebih effectively, efficiently and conveniently. Kang El sendiri membuat kurikulum belajar dia sendiri yang dia sebut long-term curriculum hebatnya dia sudah menetapkan itu dari sejak SMA. Jadi ketika misalnya dia sudah lulus S1 misalnya, belajarnya tidak lantas berhenti karena kurikulum dia masih lanjut dengan S2 dan S3 yang kemudian bisa dia raih, dan even after that Ph.D on hand dia masih lanjut dengan kurikulum pribadinya untuk terus belajar. So inspiring, salut saya dengan ide ini.

Saya lanjutin bagaimana dia membuat long-term curriculum, sebuat aja LTC deh. Nah ada 4 komponen dalam LTC dia yaitu Lifetime Learning, Constant Progress, Focus, dan Changing World. Nah kita bahas dulu yang Lifetime Learning. Lifetime Learning dia meliputi fisik, intelektual, spiritual, dan emosional. Keempat aspek harus balanced dan kita miliki jika ingin sukses, karena itu dia membuat daftar2 apa yang harus dia pelajari dan lakukan. Selanjutnya Kang El cerita tentang Smart Basic Learning, yang menurut beliau ada 4 skills utama yang harus kita kuasai: reading, summarising, listening dan writing. Kita harus lakukan itu setip kali belajar. Reading yang kita lakukan pun gak sembarangan karena literatur buanyak di era digital. Jadi kalau membaca harus bisa fast, tetapi dapat deep knowledge, serta harus effective. Supa reading tercapture berarti harus ditulis, jadi perlu writing skills. Nah writing kata Kang El harus yang sistematis, metodologis, serta influencing, dan ada teknik yang bisa kita pelajari supaya bisa menulis seperti itu. Terus terkait Listening, supaya bisa get the most of it, kita harus bisa dapatkan big picture dari yang kita dengarkan, jadi harus tahu poin-poin penting dari listening. Selain itu kita bisa rekam jika listeningnya panjang lalu kita dengarkan lagi sambil kita lakukan mindmapping apa-apa yang kita dapatkan dari listening. Jadi ini sudah integrated sekali ya, ketika belajar sambil mendengarkan, kita mengasah summaizing skills dan mensitesanya menjadi mindmap jugam jadi sekali melakukan itu akan tertanam kuat ke memori kita.

Oya khusus tentang summarising, Kang El juga share tentang klipping, manajemen file, mindmap, serta aplikasi yang bisa kita pakai., dan sama kaya yang saya pakai ya, pakai mindmeister atau miro.

Setelah introduksi yang wow itu barulah Kang El lanjut cerita tentang kebutuhan untuk menguasai beberapa bahasa asing. Yah memang terutama untuk kebutuhan pengetahuan bagi kita yang suka belajar. Selain itu karena takdir bahasa, kita lahir dari NKRI maka supaya bisa berinteraksi secara global mau tidak mau ya harus menguasai bahasa asing. Kalau beliau itu bisa Arabic, English, France, karena kuliahnya di negara2 yang memakai bahasa itu. Tapi yang jelas kata Kang El, bisa bahasa asing itu boosting our self capacity, I like that term bro. Iya saya juga merasa lebih menguasai materi2 baru karena langsung baca dari sumber aslinya yang berbahasa Inggris, pasti beda lah dengan baca hasil terjemahan orang.

Terkait improving 4 skills tadi, Kang El banyak ngasih contoh. Misalnya untuk bisa Reading, belajar baca bacaan apapun mulai dari level beginner hingga level advanced. Baca aja children books, komik, majalah, sampai yang serius sampai jurnal. Ini sih aku stuju banget, coz you just lotsa imputs for your brain guys, balanced aja bacaan yang ringan sampai kelas berat. Kalau writing kata Kang El bisa diawali dengan sering chat pake English, juga lakukan korespondensi dengan orang asing. Beliau pernah ikut Grammarly yang iklannya sering nongol di youtube saya, tapi itu mahal sih…Kalau kata saya sih gunakan komunitas kita untuk belajar. Saya dengan komunitas crafter Otang ikut sesekali chatting dengan teman-teman in English. Kalau untuk Speaking Kang El menyarankan untuk sering repeating, monolog dan discussion, jari tetap harus speak up ya guys…dan untuk Listening bisa belajar dengan films bersubstitle English, nonton music, lecture maupun discussions in English. Udah deh sama semua tips beliau saya setuja bangeet karena semua itu sudah saya lakukan bertahun-tahun juga guys to maintain my English. Trust me they work.

Untuk pembelajaran online, Kang El sharing yang dia sering pakai yaitu MIT Online Course, Coursera, dan Udacity. Saya sih dari dulu cinta sama Coursera so I gave him a high five! 🙂 Saya sering ikut kursus gratisnya terutama untuk materi-materi yang belum ada di KLC Kemenkeu. Belum pernah saya ikut yang bayarnya suapya dapat sertifikat, sementara cukup puas lah dengan gratisan hehehe…

Saya yang belum melakukan seperti Kang El adalah Folder Management. Beliau rapi sekali mengelola pembelajaran dia. Prinsip Kang El dengan manajemen folder dia itu harus easy access, sistematis dan terintegrasi. Nah untuk urusan in kayaknya saya perlu belajar banyak dari anak-anak muda di kantor saya. )

Learning Agility: Sudahkah Anda Miliki?

Abstraksi

Di masa yang penuh ketidakpastian seperti pandemi Covid-19 saat ini diperlukan suatu learning agility. Learning agility dapat diidentifikasi dengan speed dan flexibility (DeRue) dan ditambahkan lagi dua komponennya oleh Burke yaitu experimenting, performance risk-taking, interpersonal risk-taking, collaborating, information gathering, feedback seeking, reflecting. Organisasi perlu memberikan kesempatan bagi pegawai agar menjadi agile learners melalui para pimpinan dengan mengubah budaya yang pro status quo serta memberikan tantangan-tantangan baru bagi pegawai.

Kata kunci:  learning agility, agile learners, speed, flexibility, experimenting, performance risk-taking, interpersonal risk-taking, collaborating, information gathering, feedback seeking, reflecting 

Dalam menjalani WFH di masa pandemi Covid-19 ini, seringkali kita menghadapi situasi dan tantangan baru dan tidak tahu apa yang harus dilakukan, tetapi lalu kita mencari tahu jalan keluarnya sendiri. Kita benar-benar belum pernah melakukan pekerjaan itu sebelumnya, sehingga peluang suksesnya hanya 50:50. Dalam keadaan itu, sebenarnya learning agility telah terjadi.

Apakah learning agility itu? Peneliti Scott DeRue dari University of Michigan mengembangkan model yang mengidentifikasi kecepatan (speed) dan fleksibilitas (flexibility) sebagai dua faktor terpenting yang menentukan learning agility. Learning agility adalah ketangkasan belajar, tentang kemampuan untuk mencerna sejumlah besar informasi dengan cepat (speed) dan mencari tahu mana yang paling penting. DeRue juga mengatakan seseorang harus dapat mengubah kerangka kerjanya (fleksibilitas) yang membantunya untuk memahami bagaimana hal-hal yang berbeda saling terkait atau terhubung. Dengan kata lain, fleksibilitas adalah kemampuan untuk mengubah framework yang diperlukan untuk menjelaskan apa yang sedang terjadi.

DeRue juga membuat perbedaan antara learning agility dan learning ability atau kemampuan belajar. “Kemampuan” berarti kemampuan kognitif atau “kecerdasan.” Kemampuan itu penting, tetapi menjadi lebih pintar belum tentu lebih baik. Manakala menghadapi situasi yang asing, tidak tahu apa yang harus dilakukan lalu kemudian berusaha mencari tahu, kelincahan dan ketangkasan semacam inilah yang lebih penting.

DeRue menambahkan ada komponen kognitif dan behavioral untuk learning agility. Komponen kognitif adalah ‘the hard wiring” alias yang sulit atau tidak mungkin berubah. Sedangkan komponen behavioral atau perilaku dapat dipelajari, karena jika seseorang melakukan hal-hal yang ditunjukkan dengan perilaku, maka dia telah menunjukkan sebagian dari learning agility.

Peneliti lainnnya yaitu Dr. Warner Burke dari Columbia University menemukan sembilan dimensi dari learning agility, yaitu flexibility (terbuka pada ide dan solusi baru), speed (bertindak cepat), experimenting (mencoba perilaku-perilaku baru), performance risk-taking (mengambil tantangan-tantangan baru), interpersonal risk-taking (mendiskusikan perbedaan pendapat), collaborating (bekerja sama) , information gathering, (mengumpulkan informasi)  feedback seeking (mencari umpan balik) serta reflecting (melakukan refleksi). Burke juga mengembangkan tes untuk mengukur learning agility, dan instrumentnya valid dan reliabel dibuktikan dengan banyaknya penelitian yang menggunakannya selama ini.

 Supaya bisa mengambil keputusan yang tepat di saat mengalami unfamiliar situasions seperti masa pandemi Covid-19 ini, kita perlu menjadi seorang agile learner. Memang tidak semua orang terlahir menjadi agile learner, tetapi learning agility bisa dipelajari dengan sebelumnya kita melakukan asesmen untuk mengetahui di area mana yang perlu ditingkatkan kompetensinya. Saat ini sudah banyak L&D vendor yang bisa melakukan pengukuran learning agility dengan menggunakan instrumen yang handal.

Tiga dimensi utama dalam learning agility  yang sangat membutuhkan keterbukaan terhadap membuat kesalahan adalah information gathering, feedback seeking dan reflecting. Kita sering merasa malu dan tabu menceritakan kesalahan yang kita buat, sudah alamiah jika pegawai akan defensif jika ada perencanaan yang gagal atau sesuatu tidak dapat diimplementasikan. Faktanya, jarang orang bisa menyelesaikan tugas yang pertama kali dilakukan dengan sangat sempurna. Kalau seorang bertipe agile learner, dia malah bersorak jika diberikan tantangan baru, merasa nyaman dengan risiko termasuk juga kemungkinan untuk membuat kesalahan. Agile learner gagal sebentar saja, karena dia belajar cepat untuk melakukan yang lebih baik ke depannya. Oleh karena itu agile learner perlu didukung lingkungan yang juga mengangggap kesalahan adalah learning opportunities, suatu peluang belajar, bukan yang mendiskreditkan dan menyalahkan pembuat kesalahan. Lingkungan yang kondusif itu akan memberikan social recognition bagi pegawai yang mau belajar dari kesalahan, karena risk-taking yang berubah menjadi learning itu justru diapresiasi.

Tentunya ada perubahan budaya yang dibutuhkan. Agile learner sangat berani menantang status-quo, dia mengambil risiko interpersonal untuk memiliki pendapat yang berbeda dengan lainnya. Dengan orang berbeda pendapat mereka tidak akan serta merta menerimanya, tetapi dievaluasi, dicari inkonsistensinya, ditanyakan masalahnya serta dimintakan sarannya sampai dia sepenuhnya paham dengan suatu pandangan tertentu. Orang tipe pemberontak begini tidak mudah ditemukan di tiap unit organisasi karena pegawai pasti memikirkan posisi dan status dia jika harus berseberangan pendapat dengan orang lain terutama atasan. Tidak ada satu orang pun yang mau menentang atasan.  Pimpinan bisa bermain cantik dengan cara mengubah budaya di tempat kerja dengan secara aktif men-challenge tim kerja untuk bertanya, berbagi ide dan saran serta menawarkan alternatif-alternatif solusi. Ketika pegawai menyuarakan pendapatnya, mengusulkan solusi bahkan akhirnya membuat tim menjadi sukses dalam pelaksanaan tugas, berilah penghargaan. Ini akan menjadi dorongan supaya mereka akan berperilaku agile lagi di masa mendatang.

Untuk menjadi agile learner sejati, pegawai perlu dibuat merasa nyaman dengan situasi yang kurang familiar buat dia. Mereka harus merasa OK dengan merasa tidak tahu apa yang harus dilakukan dalam situasi itu. Mereka harus merasa tenang, percaya diri dan mampu berpikir logis dalam memecahkan masalah. Harus ada pergeseran pemikiran bahwa ketidakpastian itu menggembirakan, bukan hal yang menakutkan. Cara terbaiknya adalah membiarkan pegawai mendalami pekerjaan yang belum pernah dia kerjakan sebelumnya, ceburkan dia di lautan dalam nan ganas dan biarkan mereka mencari tahu sendiri bagaimana cara supaya tetap terapung di permukaan laut. Contoh implementasinya misalnya diikutkan di pelatihan ataupun proyek yang terintegrasi dengan job shadowing, job rotation, serta penugasan sementara. Biarkan pegawai itu menangani tantangan baru tersebut selama beberapa waktu. Setelah itu berikan jaket penyelamat, misalnya mentoring, kursus online yang bisa diikuti, atau bantuan praktisi dll sehingga mereka bisa mengembangkan lagi pendekatan yang sistematis, rasional dan logis dalam pemecahan masalah mereka. Dengan cara ini , pegawai mendapatkan keterampilan menangani uncertainty secara nyata.

Adanya delayering di lingkungan Kementerian Keuangan bisa dipastikan membuat pegawai yang terkena pemangkasan jabatan harus menghadapi perubahan dalam karirnya dan learning agility sangat berperan menentukan seberapa cepat dan kuat mereka menghadapi tantangan baru. Jika pegawai yang beralih jabatan melakukan fast learning dengan menggunakan kemampuan berpikir kritis, mengembangkan berbagai solusi dengan bereksperimen, selalu bekerja sama, tetap produktif dan selalu mawas diri , serta siap mendapatkan masukan dari orang lain, mereka akan selalu tetap kompeten di tugas yang diembannya.

Contoh lain yang bisa kita rasakan dengan adanya learning agility di BPPK yaitu semakin banyaknya kelas e-learning dan kelas PJJ yang diluncurkan di Kemenkeu Learning Center maupun konten knowledge capture di segala media sosial milik BPPK. Semua pihak baik struktural maupun fungsional bahu-membahu menyediakan layanan belajar online sebagai solusi kondisi pandemi Covid-19 yang menyebabkan peserta tidak lagi bisa belajar melalui bentuk klasikal. Semua layanan tersebut tentu melibatkan experimenting, performance risk-taking, interpersonal risk-taking, collaborating, information gathering, feedback seeking, serta reflecting baik dari sisi perencanaan, disain dan pengembangan, implementasi dan evaluasi pelaksanaannya. Secara umum ada learning agility di BPPK dan di Kementerian Keuangan tentunya, karena sebagian besar pegawai memanfaatkan waktu WFH-nya untuk belajar, menambah pengetahuannya, melakukan tugas-tugasnya serta melakukan pengembangan diri lainnya meskipun tanpa harus meninggalkan rumah. Apakah ada learning agility di setiap diri pegawai Kementerian Keuangan? Ini yang perlu evaluasi mandiri.

Jika masih ada pegawai yang masih mengaku tidak kompeten dalam tugasnya, tidak bisa berkembang, tidak mampu beradaptasi, serta tidak mau berubah proses kerjanya maupun penguasaan teknologinya, bisa dipastikan dia belum punya learning agility. Learning agility adalah kunci mengatasi ketidakkompetenan pegawai, supaya pegawai punya kemampuan untuk memproses dengan cepat dan  menyatukan potongan informasi yang beragam dari masalah yang dihadapinya lalu mencari jalan keluarnya segera. Organisasi dan para pimpinan harus punya andil dalam memunculkan pegawai yang memiliki learning agility, misalnya dengan memberikan penugasan yang menantang. Selain itu secara individual kita perlu mengases diri kita sejauh mana kita memiliki learning agility itu, karena jika tidak mau punya learning agility, maka benar apa yang diprediksikan oleh penulis Amerika Alvin Toffler pada tahun 1970 yang mengatakan bahwa “the illiterate of the 21st century and beyond will not be those who cannot read and write, but those who cannot learn, unlearn, and relearn”.

Referensi

Hallenbeck, George (2016). Learning Agility: Unlock the Lessons of Experience. Amazon: Center For Creative Leadership.

Dimuat di Majalah Media Edukasi Keuangan Edisi 58/2020

Let’s Enjoy Life with Eco Life

Habis ikut sharing dengan Telkom Corpu (sekarang sudah serie 20 guys) dengan narsum Dr. Darhamsyah barusan saja, jadi pengen nulis my lesson learnt, cause yang ini ngasih insight buat my next action. Pak Darhamsyah adalah founder dari Smart Eco Life. Jadi judul di atas itu judul bukunya beliau tentang upaya menjalani hidup selaras dengan kepedulian terhadap lingkungan.

OK, saya ceritain dulu apa itu eco life. Eco life itu berkaitan erat dengan tiga hal utama yaitu

  1. Keadaan Lingkungan (Gardner, 1995)
  2. Biophilia (Wilson, 1984)
  3. Nature Relatedness (Mayer & Frantz, 2004; Metz, 2014; Nisbet, 2009; Zelensky, 2011)

Baiklah saya elaborasi satu persatu ya… Howard Gardner yang punya teori multiple intelligence menerangkan bahwa semua manusia dilahirkan cerdas. Dan salah satu kecerdasan manusia yaitu kecerdasan naturalis atau kecerdasan lingkungan. Kecerdasan naturalis itu kemampuan untuk mengenali, melihat perbedaan, menggolongkan, dan mengkategorikan apa yang dia lihat atau jumpai di alam atau di lingkungannya. Contohnya misalnya saja seseorang mampu untuk mengenali tanda-tanda alam yang akan bermanfaat bagi kehidupannya, misalnya ketika melihat ada sekelompok burung terbang, maka dia akan mikir bahwa akan ada peristiwa alam yang terjadi. Kalau di sekitar saya misalnya semut2 pada baris masuk rumah saya, berarti biasanya mau hujan gede dan mereka berbondong-bodong keluar dari sarang mereka di tanah. Kalau contoh dari beliau yaitu banyak hasil temuan teknologi itu berasal dari kepekaan manusia terhadap lingkungan, misalnya teknologi sonar dll, kita belajar dari kelelawar, burung, lebah, laba2 dan semua dikembangkan menjadi hi tech.

Kalau konsep biophilia disampaikan oleh Edward O. Wilson, pemenang dua hadiah Pullitzer. Biophilia menjelaskan kecenderungan manusia untuk mempelajari atau berasosiasi dengan alam dalam kehidupannya. Ini seperti cinta dengan alam sehingga berusaha membuat sesuatu yang ramah lingkungan dan menunjukkan kecintaan pada alam, seperti contoh desain Apple dengan gambar apel tergigit sepotong menunjukkan gambaran bawah sadar akan cinta lingkungan. Jadi biophilia lebih ke praktik menggabungkan alam dan elemen alam ke dalam lingkungan yang kita kembangkan. Biederman & Vessel dalam studi tahun 2006 mengatakan bahwa orang lebih suka melihat pemandangan alam daripada lingkungan buatan manusia, dan melihat pemandangan alam berulang kali tidak mengurangi kesenangan secara signifikan dari waktu ke waktu (alias pemandangan alam tidak membuat kita bosan secepat man-made view). Makanya ketika sesi Zoom dengan pak Darmansyah kemarin beliau benar2 berada di alam luar di daerah Malino, pemandangan belakangnya natural asli bukan virtual background, ada pohon-pohon hijau, suara gemericik air, kicau burung, kita sendiri ikutan adem melihat beliau memaparkan materinya, serasa ikutan terbawa segar gitu.

Nature relatedness adalah rasa subyektif dari hubungan yang dimiliki orang dengan lingkungan alam (synonymous dengan alam/nature connectedness atau penyertaan alam dalam diri/ self-inclusion of nature). Keterkaitan dengan alam itu bentuknya pengukuran perbedaan individual yang relatif stabil tetapi dapat berfluktuasi, misalnya dengan eksposur ke lingkungan alam atau bisa juga dipengaruhi oleh pendidikan lingkungan. Ada skala pengukurannya dari 1 sampai 10, makin tinggi berarti semakin memiliki keterhubungan dengan alam dan berarti makin bagus. Pernah diteliti jika orang yang punya skala nature relatedness yang tinggi maka dia punya system respiratory yang bagus dan sistem cardiovascular yang bagus pula. Tapi memang kalo kita lihat ya, anak2 pendaki gunung atau para mountain bikers kan pada sehat2 dan paru-parunya kuat ya untuk aktivitas berat mereka…

Dalam perkembangannya, manusia selalu punya ego tinggi untuk mengeksploitasi alam. Ego dia lebih tinggi daripada Eco life dia. Dan semakin tinggi ego dia, semakin kecil eco life dia. Semakin tinggi Ego, dia akan mengganggu (annoy) lingkungan, semakin rendah ego dia semakin enjoy dia dengan lingkungan.

OK menurut Pak Darhamsyah ada beberapa ciri pokok eco life yaitu:

  1. interdependence
  2. meaningful
  3. beautiful
  4. adaptive

Yang artinya segala sesuatu itu saling terhubung, punya makna penciptaan, indah dan bisa diadaptasi. Satu kejadian kecil saja di alam akan mengakibatkan pengaruh di anggota alam lainnya. Maka jika kita terlalu mengeksploitasi alam, sudah dipastikan pasti ada dampak bagi manusia itu sendiri.

Interdependence itu membuat kita memikirkan rasa kebersamaan (sense of togetherness) untuk membina hubungan atau rapport dengan sesama mahluk. Meaningfulness membuat kita selalu memikirkan sense of purpose atau rasa berguna dari segala sesuatu. Beauty membuat kita memikirkan sense of aesthetic dengan sensory acuity kita. Sedangkan adaptiation membuat kita menggunakan sense of explore kita untuk mencoba berbagai kemungkinan dengan behavioral flexibility kita.

Supaya kita bisa melakukan eco life, maka kita perlu rewiring otak kita dengan rumus FEED. Menurut John Arden, FEED adalah singkatan dari

  • Focus
  • Effort
  • Effortless
  • Determination

FOKUS itu seperti menyerap dan mengingat dengan benar apa yang dipelajari. Menyuruh otak untuk disambungkan kembali dengan secara sadar akan setiap aspek dari apa yang kita lakukan dapat membantu kita untuk meningkatkan attention skills. EFFORT yaitu upaya sadar mengaktifkan otak untuk membangun koneksi baru. Jadi usaha atau aktivitas sangat penting dalam menciptakan perubahan baru dan koneksi otak. EFFORTLESS itu jika kita telah memulai perilaku baru, maka akan lebih mudah di lain waktu dan secara bertahap membutuhkan lebih sedikit energi dan menjadi lebih otomatis. Jadi kita membutuhkan lebih sedikit energi mental karena perilaku menjadi lebih familiar dan otomatis. DETERMINATION itu tekad, jika kita terus mempertahankan perilaku yang tadi dikembangakan memberi manfaat yaitu perasaan lebih baik, lebih percaya diri, lebih tenang.

Jadi awal mencintai lingkungan pertama kita fokus dulu bahwa kita harus menghargai lingkungan. Lalu lakukan effort supaya kita punya upaya dan langkah-langkah untuk menghargai lingkungan. Jika sering kita usahakan itu maka akan menjadi upaya yang effortless dan otomatis dan akhirnya menjadi tekad dan kebiasaan kita dalam mencintai lingkungan.

Mindset eco life itulah yang membuat kita memiliki tanggung jawab dan kecintaan untuk menghargai segala ciptaan Tuhan. Karena perilaku manusia memang memengaruhi lingkungan, dan perilaku itu juga diakibatkan faktor kognitif, afektif serta fisik dengan lingkungan alam. Misalnya kita mikir: kita mau air bersih dan udara segar, pasti memikirkan juga mahluk lain pun juga menginginkannya. Jadi jangan bakar sampah plastik misalnya, atau membuangnya ke sungai dan laut. Jangan cemari lingkungan dengan plastik. Contoh lain, kita tidak suka atau trauma dengan tsunami, maka harus memikirkan pula bahwa kita jangan pula menciptakan tsunami bagi mahluk lain, misalnya periksa dulu kamar mandi apakah ada semut atau binatang kecil lain yang perlu kita selamatkan dulu sebelum kita mulai mandi, karena air kita bisa jadi bencana bagi semut di kamar mandi. Saya sampai ckckck bener juga ya, kita jadi harus lebih peka dan peduli pada mahluk lain di alam sekitar kita, sepele buat kita bisa jadi disaster buat makhluk yang lebih lemah dari kita….

Kalau my next action itu bagaimana supaya lingkungan rumah saya lebih green saja. Saya buat list saya akan lakukan Konmari saja dan nambah tanaman di rumah serta memperbaiki sistem pengolahan sampah rumah saya. Nah kalau pengen tahu konmari saya itu seperti apa, nanti saya tulis lagi ya kapan-kapan…

Summary of Rebirthing the Global Economy

Semalam menyaksikan sesi diskusi panel antar leaders dan women economists yang diselenggarakan oleh United Nations mengambil topik United Nations (UN) Rountable “Rebirthing the Global Economy to Deliver Sustainable Developmen” dan sekarang saya membuatkan summary buat yang tidak sempat mengikuti. Sepertinya buanyaak ya…tapi memang sesinya lebih dari 2 jam ya saudara. …sorry saya masih suka pakai English terms in some parts, kelamaan kalau saya tulis Indonesianya. Okay…Here we go….

SG Antonio Guteres Opening remarksHE Sri Mulyani Indrawati Opening Remarks
1- Saya menyambut baik Women Leaders’ and economists talk ini
2- Resesi gobal dan Covid 19 menyebabkan immense human suffering di seluruh dunia. Perlu act now agar depressed & disrupted economic growth tidak berkepanjangan yg berdampak pada extreme poverty, hunger, rusaknya healthcare systems, dan education for children terbengkalai.
3- Pandemi mengancam Agenda SDG 2030, tapi untuk reverse progress SDG PBB sudah menetapkan rescue package 10 % dari global economy. Utk negara2 maju  bisa pakai own resources atau printing money tetapi developing countries butuh paket2 tsb utk menyelamatkan ekonomi. 
4- Hasil diskusi degn PM Jamaica dan Canada — mengatur pertemuan “Financing Sustainable Development” dengan global leaders utk mengidentifikasi how to finance the recovery dan to build back better.
5- Dari perwakilan 50 negara (governments, international financial institutions, United Nations agencies, private sector creditors dll ) membahas opsi2 utk menghadapi key challenges from global liquidity and debt vulnerability untuk better recovery
6- PBB butuh solusi konkrit, radikal dan solusi implementable sebagai comprehensive global response. Ini human crisis yg telah berkembang menjadi  krisis development and financing. Developing countries membengkak kebutuhan public spending sementara tax, export revenues, inward investments dan remittances terjun bebas. Efeknya bisa jd painfully slow global recovery.
7- Dunia alami widespread debt crisis, antara bayar debt atau protecting  communities and fighting the pandemic serta tidak punya akses ke financial markets . G20 sudah memulai debt service suspension bagi poorest countries dan supportnya harus berdasarkan vulnerability daripada GDP.  
8- PBB mulai memikirkan durable solutions on debt yang menyediakan fiscal space bagi investments in recovery dan SDGs.
9- Selain dampak fiskal tadi, COVID-19 crisis berpengaruh pada external finance yaitu direct investment, exports dan remittances. Pandemi mendisrupsi supply chains and trade, maka akan berbahaya jika manufacturing dipindahkan ke developed countries, karena akan mengurangi resources bagi developing countries .
10- Hanya ada 10 % dari global leaders adalah wanita , PBB mengapresiasi decisive dan effective responses dari panelis diskusi agar mendapat insights and perspectives dari semua sehingga mendapat jawaban yang inclusive, resilient and gender-equal .
1. Seperti menurut Secretary General: dampak pandemi pada sosial dan ekonomi global sangat signifikan, ekonomi memasuki resesi bahkan depression. Indonesia loosening progress yang sudah dilakukan 30 thn terakhir yaitu penurunan kemiskinan i.e. shared propserity mundur sekitar 5 tahun dalam 6 bulan pertama pandemi.
2. Dari sudut pandang SDG, pandemi berdampak pada people, propserity, dan partnership.
3. Bagaimana Indonesia rebuild atau rebirthing ekonomi:
* Resource of financing untuk mencapai SDG tertunda, tax revenue menurun, kebutuhan spending untuk health, social safety net dan economy naik dramatis. Awalnya budget 2020 akan digunakan 1,7% untuk GDP deficit. Tetapi karena Covid 19 maka APBN direvisi dengan defisit hingga 6.7%.
* Bagaimana arange finance dengan defisit yang membesar? Indo masih beruntung karena punya lower debt to GDP ratio pada sekitar 30%, naiknya sekitar menjadi 37% ratio. Source of financing bisa dari dari past saving, multilateral institutions yang membantu dalam isu kesehatan dan social safety net, other lendings from global financial institutions.
* Concern ibu SMI adalah pada negara2 yang mengalami diskriminasi terhadap equal opportunity untuk catch up dan mengatasi pandemic-related issues dengan cara yang yang lebih accountable.
* Akses dan prices sangat critical, bagaimana dengan hutang bagi negara2 dengan limited access dan mengalami high price bisa memiliki growth di bawah interest rate mereka?
* Saran: 1/ countries harus mengejar more ambitious reform, misal untuk education, health, social safety net, atau quality of spending. Contoh di Indo, kita meningkatkan belanja dengan mendisain policy yang ambisius, didukung dengan sistem (edukasi/kesehatan) yang lebih baik maka terjadi quality of spending. 2/Investasi di IT: forcing WFH dan SFH dengan peranan infrastruktur digital mengubah country lebih go virtual untuk akses dan pelaksanaan business. 3/apakah global financial architect responding well dengan fiscal deficit di berbagai negara? Bagaimana dengan non-performing loan, jangan sampai menjadi krisis eknonomi dan finansial dunia in the next decade. Harus ada best policy response, misalnya relaxing supaya negara bisa merestrukturisasi prudential regulasi untuk bank dan perusahaan dalam melakukan adjustment.
4. Pandemi ini menyerang masyarakat segmen non-traditional, yaitu grass-root people juga. Sektor informal, SME, kaum miskin dan wanita, karena itu dalam mendesain rebirthing economy kita harus memperhatikan mereka yang excluded dari benefit government policy serta dari sisi gender (peranan wanita). Di Indonesia fase pertama restructuring dari pandemi digunakan untuk semua wanita/SME yang menerima subsidi dan restrukturisasi hutang supaya survive. Perlu sharing dari other economists around the world. 
UN Deputy SG Amina Mohamed opening remarksManaging Director IMF Kristalina Georgieva video remarks
1. kita membahas new global economy in di mana finance menjadi sarana (bukan tujuan) yg menyeimbangkan kepentingan people dlm hal trade, debt vulnerability serta external finance. Mengutip artikel majalah, kita “revolutionizing their field”, “flipping priorities” and “challenging outdated models and measures” bersama para wanita yang memiliki ability and credibility utk mengubah dunia
2. kami membutuhkan insights saudara untuk memahami the value chains of the future yang lebih sustainable dan fair, serta argumen yang meyakinkan private creditors serta rating agencies utk mempertimbangkan tugas mereka dengan wider perspective hingga ke societal effects.
3. External finance perlu berubah, dibutuhkan partnership dengan financial markets mengubah the balance dan mencapai SDGs karena investasi tidak boleh hanya ttg profit at any cost tetapi juga harus benar.
4. dengan rebirthing, kita atasi inequality dan environmental degradation.  The new global economy harus berdasarkan consumption dan production yg sustainable, infrastruktur yg menjamin akses pd opportunities bagi semua.
5. Kita perlu mentransformasi lembaga— private dan public — yg menjamin demokrasi dan markets yg accountable to all people, serta menciptakan  partnerships yg green, lebih inklusif, serta fairer response and recovery. Tantangannya adalah geopolitis, technologi and intergenerational shifts. Belum ada modelnya. Globalization dan liberal markets sdh jd paradigma yg gagal, kita perlu  menciptakan  model yg mengutamakan people dan planet kita bagi  the next generations.
6. Pandemi, inequality akut, climate change, demographic shifts, civic space yg menyusut, hilangnya privacy, kota besar tidak memandang digitalized and robotized economy maupun traditional jobs.  Dan ini adalah tragedi. Pemulihan kembali ekonomi global adalah kesempatan untuk memberdayakan mereka untuk menghadapi tantangan yg makin besar.
1. krisis yang luar biasa butuh respons yang luar biasa. Intinya bagaimana kami invest yg mendorong strong growth, creating jobs, low carbon, climate resilience, masyarakat yg lebih inklusif dan equitable, dan membangun better future. 
President ECB Christine Lagarde remarks:
1. The worst is behind us secara makroekonomi. Recovery bisa jadi uncertain, uneven, membutuhkan patience, berdampak pada meningkatnya debts, inequality, dan unemployment, vulnerability jadi meningkat.
2. Dibutuhkan kerja keras semua (policies & tools) dlm situasi kritis ini coz harus transformasional, proximity, digital, green, sustainable, full of solidarity.
3. Saatnya gunakan rational intelligence & emotional intelligence dlm membuat model untuk addressing the challenges 
Bahasan Tentang External Finance
Prof. Mariana Mazzucato (UCL)Leila Fourie (JSE) Afrika Selatan
1. Perlu diketahui bahwa tidak pernah ada lack of finance, tp apa yg dilakukan finance dan kemana finance dihabiskan. Dlm krisis finansial triliunan dollar dikucurkan dlm sistem berakhir mostly kembali lagi ke dlm financial system, hanya sedikit yg dipakai utk real economy, sisanya masuk ke finance insurance real estate (FIRE). Bagaimana kami yakin jika bank sentral fokuskan alokasi ke kredit daripada untuk likuiditas?
2. Lalu type of finance jg jd masalah baik di negara maju dan berkembang. Banyak pembiayaan impatience pdhal yg diperlukan utk mempercepat development, innovation, dan investment-led growth adalah pembiayaan yg patient, long-term (umumnya oleh institusi perbankan yg berbeda jenisnya)
3. Development banking institutions tadi menghilangkan peluang untuk menciptakan conditionality yg lebih kuat, jika kita ingin serius dalam SDG kerjakan 169 ambitious goals belakangan. Pemerintah dan berbagai lembaga keuangan transnational perlu sediakan pembiayaan tersebut. (dia sebut contoh di Denmark, Perancis, USA)
4. Perlu memikirkan aligning cara financing kita dengan industrional strategy yg lebih transformasional (lintas sektor) dengan menetapkan condition untuk mendapatkan funds dari government –> stakeholder governance capitalism yg condition-driven
1. Afsel hadapi krisis eksistensial dlm emerging market karena climate change tetapi tidak punya problem dengan availability of funds, tapi pd how to allocate funds. 
2. Afsel perlu memahami konsep sustainable development dan kaitannya dengan international finance sbg bagian integral dari recovery ekonomi yg menentukan sustainability dan masa depan emerging markets.
3. Kompleksitas yg dihadapi emerging markets ada 3 level yg membatasi kemampuan mereka dalam memenuhi SDGs: 1/ cost of debt servicing  2/ exchange rate volatility  3/compounding effects of growth challenges
Krisis yg terjadi saat ini berada di atas krisis perubahan lingkungan ekonomi sbg akibat dari GFC. Pemerintah Afsel berangkat dari tidak ada  stimulus fiskal dan moneter untuk menghindari resesi berulang sehingga berakibat meningkatnya public debt thd rasio GDP. Ketika tingkat bunga mencapai nol, pemerintah menggunakan kemudahan kuantitatif dgn harapan agar lembaga keuangan mendistribusikan likuiditas untuk menjaga ekonomi berjalan. Ini cukup membantu . Tetapi karena mengahadapi bull market dan terjadi dislokasi uang dari ekonomi riil, S&P naik 5x lipat dekade terakhir, distribusi likuiditas tidak merata, dan recovery yg terjadi menyelesaikan masalah yg dihadapi masyarakat umum tapi tidak mengurangi kesulitan hidup dan emerging markets. Krn suku bunga tetap rendah dan ekonomi membaik menekan kenaikan debt servicing cost, ekonomi yang membaik menguntungkan para beneficiaries dan bukan emerging markets.
5. Intinya emerging market mengalami debt servicing cost yang sangat tinggi, exchange rate yang lebih tinggi, dan berakibat pada low growth. Bagaimana Afsel menciptakan sustained growth dan menyelesaikan inequality di antara emerging mareket countries at the developed growth agar tidak tertinggal?
Antoinette Sayeh (IMF Deputy Managing Director) from LiberiaProf. Naela Kabeer (LSE)
1. Availability of financing saja tidak cukup, ke mana uang dialokasikan juga penting.
2. Poor countries mengalami multiple shocks: pandemi, contracted global demand, harga commodity trade menurun, tourism explosion, remitens menurun dll mengurangi kemampuan own financing dan membutuhkan external financing. IMF ada dana tersebut tanpa conditionality US$25 billion kepada 72 countries terutama utk penanganan health crisis dan bertahan hidup. Countries diharapkan berkomitmen dengan auditing dan reporting yg baik.
3. Economic repair tentu butuh waktu, proyeksi growth oleh IMF thn 2020-2021 membutuhkan repair yang panjang, sangat rumit maka financing poor countries tetap dilanjutkan. Debt relief inisiatif dari G20 tetap dilanjutkan, kreditor swasta harus berkontribusi.
4. Kita semua harus berkontribusi utk build back better. Telah disediakan dana utk emergency financing (phase 1) & akan disiapkan utk recovery financing (phase 2).
Menjawab conditionality dikaitkan dengan isu sustainability dan inclusive growth:
1. Tidak yakin dengan seberapa jauh bisa diterapkan tapi conditionality seharusnya terjadi, tapi ide memberikan sangat banyak uang kepada masyarakat dengan akuntabilitas terhadap masyarakat yang lebih luas lagi perlu ditinggalkan
2. Di Inggris, paket stimulus yg diumumkan selalu tentang “building” infrastruktur fisik. Ini jadi bahan fokus pembicaraan feminist economists: intensitas tenaga kerja, intesitas pekerjaan, dan efek multiplier dari investasi terhadap masyarakat. Saat krisis menyentuh kapabilitas manusia scr fundamental, kita perlu membangun untuk masa depan, bukan hanya agar keluar dari krisis tapi supaya bisa resilien.
3. Ini tidak harus digambarkan sebagai conditionality tapi lebih sebagai penekanan pada menciptakan pekerjaan yg mendukung kesehatan, pendidikan, keterampilan dll karena infrastruktur seperti itu yg dibutuhkan ekonomi jika harus menghadapi krisis di masa depan
4. Saya tidak mengabaikan ide ttg stimulus tapi kita harus melihat jauh kepada grassroots: apakah key assets yang menjadi mata pencaharian mereka, yaitu human capabilities
6. Jangan cari solusi gaya lama, coba berinvestasi pada people’s skills, health dll.
Vera Songwe (ES UN Economic Commission for Africa)Prof. Stephanie Kelton (SBU)
Menjawab ttg debt dan international trade:
1. Arah perginya resources: mulai membangun ekonomi yang creating real value (vs creating paper value/nilai fiktif spt asuransi dan real estate), IMF belum lakukan itu dalam 10 thn terakhir. E.g. agriculture: Debt tidak akan create value pada aset supaya bisa dijual lagi sedangkan trade & kapasitas produktif tidak meningkat standarnya. Jadi kaitkan financing dengan layanan yang dihasilkan.
2. Diversifikasi ekonomi. Tidak akan mulai dibahas jika hanya membicarakan financing saja. Conditionaly harus pada apa yang kita produksi. Saya menentang safety nets karena hanya menjadi huge transfer ke negara berkembang tapi tidak membuat mereka produktif dan tetap membuat mereka miskin seperti di Afrika.  
Menanggapi Vera Songwe:
1. Sepakat. Selama ini kita membantu negara berkembang melalui sarana expor supaya mereka menghasilkan dollar US kepada kreditor sebagai balasan pada hutang abadi. Seharusnya kita membantu mereka supaya keluar dari status sbg negara berkembang.
2. USA sbg global leader harus punya peranan penting dalam menciptakan dan mentransformasi trade arrangements dgn cara menetapkan standar misal standar ekologi lebih ketat, proteksi kuat angkatan kerja, berbagi green technologies dan kekayaan intelektual, membangun keamanan pangan, kesehatan dan energi, agar mereka tidak tergantung pada impor.
3. Harus ada komitmen financial dan non-financial dari negara maju.
Caroline Freund (WB Director)Bogolo Kenewendo (Bostwana)
1. Makin banyak negara yang mengalami resesi bahkan sejak 1870. WB menyumbang bagi resesi itu dengan external financing project 160 juta US$ dlm 15 bulan. Ini kecil jika dibandingkan dengan jumlah uang triliunan $ ke negara maju.
2. Bantuan WB dibelanjakan untuk kesehatan dan rekstrukturisasi masyarakat (SOE dan SME & lapangan kerja yg hilang). Jadi WB sangat membutuhkan reformasi supaya ada recovery dari trade (ttg investasi, bisnis)
3. Bahaya saat ini yaitu limited global cooperation saat terjadi krisis keuangan global
4. WB belum bisa menaikkan pajak korporasi. Agar negara2 dapat meningkatkan resourcesnya butuh kerjasama pajak, kerjasama trade dll.
Tentang TIK dan digital cooperation
1. Covid 19 memaksa dunia untuk memikirkan new world dan new normal dengan digitalization.
2. Digitalization memudahkan service delivery dan transformasi ekonomi
3. Terkait Inclusive digital economy: budget utk TIK (4%)  dan ICT policy-making (1%) terlalu kecil untuk building back stronger coz butuh infrastruktur digital.
4. Terkait domestic financing: banyak likuiditas misal di Bostwana dan Ghana, kami melihat capital flight karena pemerintah tidak memanfaatkan domestic capital. Ini karena masalah kapasitas melakukannya secara terstruktur dan masuk akal untuk membangun ekonomi lokal. Karena itu SME development dan proteksi resiliens sektor informal kami jadi kunci penting dalam SDG. 
Kate Raworth (Oxford)
Tentang doughnut economy (DE), debt dan trade
1. DE: tujuannya tidak ada orang yang kekurangan satu pun  dari 12 essential needs of life dan juga tidak melampaui support system kehidupan di planet. Yang penting dalam abad 21 adalah balance.
2. Terkait finance: kita mewarisi sistem finance abad 20 bahkan abad 15, yang didasarkan pada idea bahwa finance akan kembali dalam bentuk finacial return yang terus terakumulasi tanpa akhir. 3. Humanity dan kesehatan planet harus ada keseimbangan. Ada kontradiksi fundamental di sini. Kita tidak dapat redesign sistem iklim dan bumi jika rusak, tapi financial system bisa didesain ulang. Kita harus rebirth finance menjadi in service to humanity and planet.
Bahasan Tentang Debt
Minouche Shafik (LSE)Prof. Stephanie Kelton (SBU)
Tentang debt restructuring
1. Keadaan ekonomi telah mengubah ecomic rules karena debt accumulation untuk penanganan krisis. Negara dgn eknomomi pakai physical measures hutangnya bisa naik 10-20% karena volume belanja yg belum pernah terjadi sebelumnya dan negara berkembang tidak punya kapasitas itu. Karenanya perlu debt moratorium, debt relief, tambahan IMF resources selain alokasi SDR tambahan sebagai cara tercepat bagi menkeu poor countries untuk dapat uang.
2. Menurut saya cash tranfer adalah sebagian solusi jangka pendek, saya pelajari 80an laporan cash tranfsfer scheme di seluruh dunia.
3. Cash transfer diberikan dlm bentuk asset transfer juga menjadi solusi. (contoh scheme di Bangladesh)
4. Ada 3 cara agar countries bisa bayar hutang: 1/ austerity (penghematan) 2/ growth 3/ represi finasial dan banyak negara melakukan kombinasi 3 cara tadi
5. Cara terbaik adalah growth bagi negara berkembang. Karena menurut pnegalaman analisis debt sustainability di IMF, 0.5% poin GDP adalah transformatif, meningkatkan sedikit growth membuat level of debt sustainability naik. Maka kuncinya gunakan accumulated debt untuk investasi produktif agar keluar dari hutang.  
Menanggapi perlunya rewiriting debt rules:
1. Transfer lebih baik dari pada loans. Hindari menjebak negara dengan hutang dan debt service tidak berkesudahan dan membuat mereka tidak bisa fully-developed.
2. Ada negara berkembang yang punya kapasitas fiskal yang lebih. Semakin negara tergantung pada critical imports (energi, food, medicine, technology) semakin dia tidak bisa keluar dari jeratan pinjaman foreign currency, suku bunga naik, hutang lagi ke IMF dst. Dia bisa pilih growth atau hutang melambung.
3. Kita menghadapi common enemy, butuh sesuatu mirip Marshal Plan yaitu negara2 yang kuat dan maju menyediakan aid dan assistance bagi negara lain. Kita jangan hidup dengan pembagian developed dan developing countries lagi. Jangan lagi negara berkembang tetap seperti itu selama 30 tahun..  
Prof. Mariana Mazzucato (UCL)Kate Raworth (Oxford)
1. Ketika membicarakan public debt sebenarnya yang terjadi adalah hutang swasta, maka itulah sumber krisis finansialnya. Contohnya debt relief  dari private debt di Inggris bukan relief tapi hanya penundaan pembayaran mortgage, menyebabkan krisis krn upah tidak naik, masyarakat berhutang untuk hidup, dll.
2. Contoh lain di Italia GDP naik karena denominator tidak naik dan karena belum belanja dan investasi di area stategis (human capital, pendidkan fromal, R&D) sebagai pendorong growth jangka panjang. Tetap ada krisis di Eropa yg sudah ada conditionality in investing untuk menurunkan defisit.
1. Jika membicarakan financial debt selalu tentang poor countries berhutang pada rich countries.
2. Ada hutang lain yaitu ecological debt. Semua negara maju merusak planet, iklim dan sistem ekologi kita. Itu hutang mereka pada negara miskin karena merusak prospek kemajuan mereka.
3. High income countries melalui lembaga era kolonial semacam WB yg didominasi USA menentukan apakah financial debt bisa diberikan dengan voting, sedangkan yang berdampak pada ecological debt mereka boleh voluntary contributions dengan Paris Agreement. Ini abad 21, kita harus dekolonisasi lembaga pembangunan, kita harus seimbangkan financial debt dan ecological debt antar negara.
4. High income countries jangan melampaui planetary boundaries dan transfer resources pd lower income countries agar mereka bisa mengembangkan own sources of wealth.
Prof. Naela Kabeer (LSE)Vera Songwe (ES UN Economic Commission for Africa)
1. Yg disampaikan Kate sangat fundamental. Kita selama ini fokus pada sisi finansial dan belum menyadari perubahan yang terjadi.
2. Diskusi Minouche dengan Vera tadi ada ketakutan bahwa kita di masa depan tetap berlanjut dengan batasan sosial dan ekonomi. Saya setuju dengan saftey net menurut Vera, kita perlu gambaran social policy yang lebih besar daripada safety net. Aset transfer menurut Manouche di Bangladesh sangat menggambarkan maksud saya bahwa aset transfer diikuti dengan investasi pada kapasitas dan keterampilan manusia dengan aset ekonomi mereka sendiri.
3. Kita harus terus melihat hubungan antara ekonomi dan sosial, concern saya adalah what social policy can do agar recovery ini lebih sustainable.
Terkait international trade.
1. Tgl 11 Juni Apple dapat 1.5T dollar dari critical inputnya yaitu cotton. 80% cotton diproduksi di DRC/Congo yg mengalami krisis hutang dan sulit melunasinya, dijual 40-80$ tapi di market dijual 400$.–> The new trade environment yaitu menghilangkan semua perantara antara original product dengan end product.
2. Saat ikuti internet fair antara women agriculture di Rwanda dengan China electronic world trade platform, kurang dari 1 menit kita dapat menjual 1.5 ton kopi Rwanda seharga 12$/pack (8$ jika pakai perantara).
3. Dampak positif dari crisis yaitu Rwanda dapat menjual 30,000 USD dalam 10 menit.
3. Shoutout kepada WTO untuk mereview fungsi intermediary, terutama bagi Africa yang sangat painful dgn CAFTA. Globalisasi dan global trade itu penting tapi ciptakan longer supply chain dan value addition bagi Africa sebelum kita bertukar barang. Seperti kasus cotton, dari 40$ itu dikirim ke China, Malaysia, dll untuk diproses, Africa tidak melihat valued dari komoditasnya.
4. Africa tidak bisa membuat sarung tangan harus impor plastik dan 54 negara menutup pasar mereka. Hutang bengkak karena harus beli gloves, padahal 60% karet dunia dihasilkan Africa. Daripada memberi kami saftey net, beri kami pabrik gloves, para wanita akan bekerja, kita ciptakan lapangan kerja, memasukkan teknologi dan transfer capacity. Inti: redefine safety nets ke dalam productive process.
Caroline Freund (WB Director)Bogolo Kenewendo (Bostwana)
1. Supply chain digitalization bagi perusahaan sangat membantu memotong perantara trade. Masalahnya adalah kekuatan monopoli dari buyers seperti kasus Apple yang bisa menegosiasi dengan suppliers karena punya 80% pasar dunia. Teknologi meningkatkan services in trade saat ini.  Sekitar April 20% penurunan trade dilihat dari shipping data, tetapi sudah naik lagi bulan Mei.
2. Menanggapi Stephanie tentang stagnannya negara berkembang selama berdekade, ingat bahwa periode 1990-2008 adalah periode convergensi, di mana negara berkembang tumbuh lebih cepat dari negara maju karena mereka berintegrasi dengan world economy, jadi trade benar2 menawarkan jalur ke development jika kita bisa re-energize trade. Dengan trade terjadi cooperation menghapuskan intermediary, bernegosiasi dengan multinationals, menangani isu2 yang merusak sistem trade (subsidi dll), mulai memikirkan new economy, semua itu butuh kerja sama.
1. Tahun lalu kita berkepentingan dengan multilateral trading system menghadapi perang dagang antara US dan China. Tahun ini kita melihat lebih banyak kebijakan proteksionis sebagai respons Covid-19.
2. Tantangan pertama, kebijakan proteksionis dapat membahayakan negara berpendapatan rendah atau berkembang, pendekatan “mengemis tetangga” hanyalah semasa krisis.Seharusnya ada agreement sekarang (seperti dgn OECD 2009-2010 lalu) bahwa tidak akan memaksakan kebijakan proteksionis bagi trade dan investasi
3. Terkait lingkup multilateral kami ingin WTO agar melakukan reformasi
4. Terkait lingkup micro trading, saat ini SME sektor informal kami punya peran penting. Trader Africa paling banyak adalah wanita yg melakukan cross-border tradings. Cash tranfer kepada SME dan sektor informal sangat dibutuhkan pasca Covid-19 ini.
Terkait solusi/ inovasi/ closing remarks
Prof. Stephanie Kelton (SBU)Prof. Mariana Mazzucato (UCL)
1. Export adalah real cost dan import adalah real benefit. Membicarakan contoh Vera, ketika Anda tidak bisa mendapat rubber gloves maka export karet dia adalah real cost, bukan berarti bahwa trade tidak menguntungkan, tidak ada gain dan profit bagi negara, tapi apakah Anda mengorientasikan ekonomi anda pada produksi untuk ekspor agar punya pendapatan yang akan anda gunakan untuk membayar hutang. 2. Jika membicarakan saftey net dan transfers, yang dipahami Vera adalah safety net bagi kreditor. Safety net ada untuk menjamin dollar terus mengalir dan didaur ulang dan kembali kepada kreditor.Isu utama adalah bagaimana kita mengatur trade. Salah kelola trade selama ini terkait health care dan health care products. Hak kekayaan intelektual disalahgunakan (misal vaksin)
2. Saat kita bicara public investment dan kita tidak bisa mengaturnya untuk mencapai inclusive dan sustainable growth maka menjadi kegagalan masif.
3. Adam Smith’s teori tentang free market, yang dia maksud free di sini adalah bebas dari rent, intermediation yang kita bicarakan dari tadi adalah bentuk rent/pinjaman.
Minouche Shafik (LSE)Leila Fourie (JSE) Afrika Selatan
1. Saya khawatir jika advanced economies lebih menekankan manufacturing activity dengan akibat automation dan concern pada supply chain, itu tidak akan baik bagi developing countries. Karena mereka akan meyakinkan production facilities pada home market, akan memproduksi di home market, tapi juga mengekspor hasilnya ke seluruh dunia. Jadi labor cost menjadi bagian kecil dari auction cost yang bisa mereka penuhi di pasar mereka sendiri dan akhirnya growth opportunity negara berkembang jadi hilang.
2. Perlu dipikirkan lagi pola trade dan supply chain yang tidak mengerdilkan negara berkembang.
1. Globalisasi yang kita lihat adalah akibat dari Trump dan hubungan USA-China. Penting untuk menjamin bahwa ada multilateral agreement untuk melindungi developing world, dan African FTA merupakan satu langkah ke arah itu. Kita butuh lebih banyak lagi.
Prof. Naela Kabeer (LSE)Kate Raworth (Oxford)
1. Cross-border trade di Africa dan women dual-value chain di Bangladesh ada kesamaannya yaitu violence. Saat memikirkan kebijakan ekonomi, kita harus beri pertimbangan lebih kepada governance dan rule of law, sehingga siapapun yang terlibat dalam trade tidak akan menderita.1. Kita memiliki global supply chain yang begitu centralized dan monopolized, banyak perusahaan seperti Apple mendapat banyak global value dan hasilnya melahirkan banyak milyuner baru.
2. Kita perlu mengubahnya menjadi distributed global supply chains, jadi kita perlu ekonomi circular di mana resources berputar secara lokal dan ide2 bergerak global untuk menghubungkan local ability untuk menghasilkan distributed communication systems dengan global networks sehingga menghentikan centralization oleh segelintir orang. 
Wrap Up
Dr. Ngozi Ogonjo Iweala (Nigeria)Alicia Barcena (ECLAC Executive Secretary)
1. Common threat: isu vulnerability masyarakat dan kita berkumpul untuk membahas  bagaimana mendukung countries memenuhi SDGs dan mencapai Agenda 2030.
2. Injustice, inequality dan imbalance sudah terjadi sebelum Covid 19. Covid memperburuknya tapi membuat kita interconnected. Kita butuh cooperation dan bekerja dengan solidaritas untuk keluar dari masalah.
3. Isu finance untuk membantu poor countries sebenarnya bukan isu finansial tapi masalah keadilan. Trade harus dilakukan to make better masyarakat terbawah di negara2 miskin. Beri kesempatan negara mengembangkan value chains sendiri.
3. Inovasi harus memikirkan tentang people, planet, create value in own country, sehingga kita bisa membicarakan sustainability dan kenaikan standar hidup negara. 
1. Membangun kembali ekonomi global dari kacamata inclusion dan sustainability, wanita adalah aktor utama how to build back better untuk sutainability dan equality.
2. Negara miskin dan negara berkembang  banyak mengalami inequalities dan stuctural deficiencies
3. Kita perlu setuju secara internasional kunci utama: digital over physical; solidarity as priority
4. Krisis saat ini sangat sistemik, tidak bisa ditangani kasus per kasus seperti maunya private creditors. Perlu redefinisikan struktur finansial internasional. Directing of finance, kaitkan pembiayaan dengan kebijakan industri dengan good conditionalities.
5. Cash tranfer juga penting. Investasikan pada grassroot economy.
5. Perlu transformasi lembaga2, memperluas partnership, mengutamakan multilateral institutions
6. Perlu punya mekanisme trade yang lebih adil bagi WTO agar ada trade dengan real value.
Co-Convenor HE Sri Mulyani Indrawati (MOF Indonesia)UN Deputy SG Amina Mohamed
1. Kita masih mengidentifikasi permasalahan2. Pertanyaan bagaimana kita akan mengatasinya (financing, debt, trade) belum cukup tergali
2. Sudah banyak dibahas conditionality, tapi yang belum adalah ownership setiap negara untuk melakukannya. Kita tidak bisa mengenakan conditionalities dari sektor financing dan dari kreditor, banyak bukti bahwa itu tidak sustainable. Bagaimana kita menciptakan stronger ownership dan kemampuan untuk melakukan reformasi? Insentif seperti apa belum dibahas.
3. Kita membahas cooperation pada level global, bagaimana kita bisa membicarakannya saat ini jika partnership dan cooperation tanpa leadership. How? Bagaimana multilateral institutions (UN,WB, IMF dll) dapat menciptakan cooperation? Leadership, negara besar mana yang bisa provide misal G20 menjadi platformnya, ini masalah lacking of leadership. Tidak ada common ground atau shared objectives di tingkat pimpinan negara.
4. Reform tingkat multilateral: siapa yang seharusnya melakukan? Pengalaman saya bekerja di WB, shareholder dan membership bersama yang meminta real reform. “How” belum kita gali. Kita akan bahas di next meeting.
1. Women economists Anda semua sudah menjelaskan dengan jelas what can do, dan UN bisa memimpin dan meneruskan ke dunia.
2. Kami mendapat berbagai perspektif, dapatkah kita mengambil tantangan itu dan melihat financial architecture secara lokal dan global. Sudah banyak yang dilakukan secara global tapi tidak ada connection pada apa yang terjadi di akar bawah. Kate mengatakan ada ancaman eksponensial yang terjadi saat ini dan dengan melihat conditionalities yang jahat , padahal seharusnya yang menyelamatkan kehidupan planet dan manusia
3. Tentang cash transfer dan program proteksi sosial, jangan biarkan masyarakat hanya di atas ambang kematian tapi harus bisa survive dan berkembang.
4. This is about man and women, kita perlu leadership untuk mulai membentuk masa depan bersama. Pertemuan kita ini untuk profiling, berbincang, dan mendapatkan suara dari para wanita untuk masa depan lebih baik bagi semua.
5. Seri ke depan yaitu dengan young people utk bahasan lintas generasi agar UN dapat insight yang berbeda dan lebih responsif.
6. Pria dan wanita sama2 bisa take up leadership untuk keluar dari krisis ini.

Bakmi Gunung yang Ngehits

Ini hasil reportase tim Maknews yang saya tulis dan diedit dalam rapat redaksi. Jika ingin lihat versi liputan kami, bisa juga lihat di https://tinyurl.com/s2fgrk2

Siang itu 11 Februari 2020 pukul 09.30 WIB, gerobak mie ayam yang biasa mangkal di depan pagar Pusdiklat Keuangan Umum (PKU) sudah tidak terlihat lagi . Sudah sold out kata petugas security PKU, sambil menunjuk arah Gudang Sarinah tempat penjual mie ayam ngehits di kalangan peserta pelatihan di PKU memindahkan gerobaknya. “Belum sah jadi peserta diklat KU jika belum mencoba Bakmi Gunung” adalah slogan populer yang mendasari reportase ini.Tim MakNews bergegas menuju halaman seberang perkantoran DHL itu dan beruntung masih bisa menjumpai Bapak Karno, penjual mie ayam, yang tengah beristirahat dengan isterinya di bawah rindangnya pohon Belimbing. Rupanya pangsit wonton dan kerupuk pangsit mereka sudah diborong ludes oleh pembeli dari kawasan perkantoran Kuningan, tetapi beliau berkenan membuatkan bakmi untuk Tim MakNews dengan bahan yang masih tersedia sambil memenuhi wawancara kami.

mie gunung

Biasa dipanggil Pakde Karno, pria kelahiran 1969 ini berasal dari Baturetno Wonogiri. Memulai berjualan Bakmi Gunung dari 1993, ia sebenarnya meneruskan jualan bakmi abangnya yang sudah dirintis di jalan Pancoran Timur II sejak 1987 namun harus berhenti untuk pulang kampung. Saat itu gedung PKU belum ada, masih berupa bedeng yang akan dibangun menjadi Gedung Microfilm. Sejak itu Pakde Karno aktif meracik sendiri sajian mie ayam dengan harga tiga ribu rupiah saja per porsi pada masa itu. “Disebut Mie Gunung karena porsinya menggunung di mangkok sebab mie (yang disajikan) banyak dan pakai tambahan pangsit basah, bakso dan kerupuk pangsit” kata istri Pakde Karno.

Bahan dasar mie dibuat oleh saudara ipar Pakde Karno di Depok sedangkan bahan lainnya yakni bumbu-bumbu, ayam dan sawi diperoleh dari pasar tradisional terdekat dan diolah oleh Pakde Karno beserta istri. Mereka setiap hari berjualan di depan PKU habis sebelum jam 10 pagi seperti hari ini. Meskipun penjualan tidak menentu, bila dirata-rata per hari bisa menjual sedikitnya 50 porsi. Pagi-pagi sekali sudah meninggalkan rumahnya di daerah Olimo di Jakarta Kota, Pakde Karno mengakui pelanggan setianya sangat banyak, bahkan ada yang dari luar kota seperti Bogor, Bekasi, Sukabumi bahkan Bandung. Rasa masakan dan porsi yang tidak pernah berubah membuat Bakmi Gunung tetap bertahan hingga saat ini sudah mencapai 33 tahun berjualan.

Pakde Karno tidak mau mengubah ukuran porsi karena hal itu yang selalu diingat oleh pelanggan setianya. Menurut pengakuan isteri Pakde Karno, jika mereka menaikkan harga pun tidak pernah terlalu tinggi agar pelanggan yang rata-rata pegawai kantoran di seputaran Pancoran tetap dapat menikmati Bakmi Gunung sehari-harinya. “Harga kami menyesuaikan sedikit saja dari 3000 menjadi 3500, lalu 4000, terus 4500 hingga saat ini harganya 10.000” imbuhnya. Harga itu sangat murah melihat porsi yang sangat banyak dan rasanya yang cukup lezat. Ada pengalaman lucu yang terjadi beberapa tahun yang lalu ketika Bakmi Gunung dipakai sebagai objek taruhan. Challenge-nya yaitu siapa yang bisa menghabiskan porsi terbanyak maka akan jadi pemenang. Dan pemenangnya ternyata hanya sanggup menghabiskan 3 porsi bakmi.

Saat ditanya mengapa tidak menawarkan Bakmi Gunung lewat aplikasi online, pasangan ini menjawab jika mereka takut kewalahan dan jadinya tidak dapat melayani pembeli yang makan di tempat dengan baik. Pakde Karno lebih suka melayani pelanggan sendiri hanya dibantu oleh istrinya, tipikal orang yang old school. Jika sobat Maknews ingin membuktikan kedahsyatan Bakmi Gunung, kami merekomendasikan untuk datang pada pagi hari sebelum kehabisan. Semoga sehat selalu Pakde Karno, dan semoga Bakmi Gunung semakin legendaris di seantero Jabodetabek.

Rating Maknews : 9/10

Gudeg Jogja Sartinah: Rasa Yogyakarta di Selatan Jakarta

Tulisan ini adalah hasil reportasi kelompok saya team Maknews dari Pelatihan Jurnalistik Pusdiklat Keuangan Umum tahun 2020. Silakan menyimak….

Berlokasi di bilangan Pancoran, Jakarta Selatan, Gudeg Sartinah sudah hadir melayani masyarakat Pancoran sejak 1998, menghadirkan Gudeg dan aneka makanan khas Jawa lainnya. Pada Selasa (11/02) kami menyambangi Gudeg Sartinah yang berlokasi selasar Gudang Sarinah.

Gudeg 1

Dari luar area Gudang Sarinah, Gudeg ini tidak begitu nampak, seakan menjadi harta karun bagi setiap orang yang dapat menjumpainya. Dengan kedai seluas 3 x 2.5 M, Ibu Sartinah (60 th) dan Bapak Sugiyono (65 th) biasa menjual dan menyajikan makanan sejak pukul 9 pagi hingga pukul 4 sore.

Begitu hadir di kedai tersebut Team Maknews mencoba menu andalan Gudeg Sartinah yaitu Nasi Gudeg Komplit, dihargai cukup murah sebesar 20 ribu. Paket kami berisi lauk telur pindang dan sepotong ayam opor yang empuk, gurih serta enak. Selain itu Gudeg yang disajikan mengingatkan akan suasana kota Jogjakarta karena memang Ibu Sartinah ini memiliki kampung halaman di Gunung Kidul, Yogyakarta, dengan perpaduan rasa nangka muda yang manis serta dipadu dengan sambal pedas yang membuat lidah tidak bisa berhenti untuk terus memakannya. Selain itu ada pula sambel krecek yang terbuat dari kerupuk kulit asli dengan kuah santan bercabai merah namun tidak terlalu pedas.

Selain memesan Gudeg, kami juga memesan satu menu nasi rames yang lagi-lagi cukup murah untuk makanan yang berada di kota besar, dengan harga 20 ribu kami mendapatkan nasi dan ayam bakar yang garing di luar namun juicy di dalam dengan temannya sambal bajak yang cukup pedas, plus tempe bacem, sambal krecek dan tentunya urap sayuran  yang menambah selera makan bagi siapa saja yang membelinya.

Untuk mengunjungi tempat makan Gudeg Sartinah ini, pengunjung disarankan untuk datang sebelum jam makan siang, dikarenakan Gudeg Sartinah sangat ramai pada pukul 12 siang hingga 1 siang. Umumnya pengunjung yang datang adalah karyawan kantor yang telah mengetahui lokasi Gudeg Sartinah berada. Dengan rata-rata harga seporsi makanan sekitar 20 ribu hingga 25 ribu rupiah, pengunjung dapat merasakan aneka masakan Jawa yang murah dan enak.

Rating Maknews: 8/10

Link artikel reportase kami di https://tinyurl.com/vq23zn7

Turning Used Clothes into Grocery Bags

This has been the several times (again) cleaning up our closet. My gosh, I think it was just few months ago I donated a big bag of used clothes to ACT…now still I can find more clothes sitting in the closet, gathering dust. I still have some unwanted shirts, kids uniforms that don’t fit anymore, ampyuun…

I have to think harder now. Actually we have already applied purchasing sustainable clothing, trying to be more conscious about what and how much we are buying. But yeah…we make junks easier these days. So I have decided to think of a green solution: creating grocery bags out of those heap pile of used clothes at home.

Why shopping bags? As we know…. plastic shopping bags are typically used less than 30 minutes and only 1 or 2 percent are recycled. According to Piedmont Environmental Alliance, NC the average American adult uses approximately 288 bags a year and that’s in USA, ya catet. I think in Indonesia is even worse cause most malls, shops, and markets still provide plastic bags to shoppers.

I focus on cotton fabrics first, coz it’s easier to sew with hand. I dont have a sewing machine. So OK here are my supplies needed:
– heavy-weight cotton shirt or pants
– needle and straight pins
– scissors
– ruler and dinner plate (for shaping)

Here are how I make the bags from a shirt (sorry…complete pictures come later ya..)

1. Choose an old shirt and smooth it flat on a table on the floor. Use scissors to cut and remove the sleeves. You can keep the seam in place, or remove it (but you sew again with different color thread.

IMG20191126161050.jpg
2. Position a plate about halfway over the neck opening of the shirt. Trace the plate with a pencil to put markings to be your cutting line to create the opening for the bag. Cut along the traced line with the scissors.
3. Turn the shirt inside out and pin the bottom of the shirt (along the hem, of course) closed. Btw, you can shape the bottom edge with curve using dinner plate if you want to have round bottom.

IMG20191127081439
4. Then sew the bottom of shirt hem closed. Reinforce your tote bag by sewing over this seam a second time! Your bag is now done!
5. For variations, you can add pockets to the tote by using the cutaway sleeve scraps and fashioning them into pockets. For me I add boro stiches from scraps. It will make the bag more unique, like the one you see below.15748426319082435336464655631602.jpg

So happy with my DIY bags. Easy and simple…. From now on for my cotton shirts that just aren’t wearing anymore I won’t throw them away! Still have desire to make more bags with different fabrics, penasaran yang nagihin. 😀

By the way, for bags made of pants, I like to make it facing on the side, so I cut the inner folds on the thigh. To do it simply keep the pants folded with the zipper opening of the pant on one side. Mark a rectangle shape from the top edge – slightly diagonal extending to the crotch level and cut it out. Keep it together right sides to the inside and stitch the sides and the bottom edges. Kurleb like this (my final version). See the boro stiches? I think you cant see clearly the yellow threads, it look cool in real life 😀

15748185112986777524659773562224

You know, I have used my bags for daily shopping and many people are interested and complimented me, or…at least they keep staring at my unique stuff hahahaa…

Let me show you some other bags made of used pants. Here they are…

These are just a few samples of my re-purpose old clothing. Although I don’t have the high sewing skills, at least I spend time and other resources to turn our old clothing into something with a new purpose. I keep in mind that small changes in daily life speak loud, and recycling the clothing my family once loved is a big part of sustainable living. Go green, guys! Kurangi sampah pakaian dari rumah sendiri.

#Otang

Hot and Dry

hot and dry.jpg

OMG it’s so hot in the room!!!I’m sweating all over although I set the AC at 18. What’s on Earth goin on here?! This October has given the most severe drought to us. In my housing area, Cipadu, some houses have water shortage, most water house pumps cannot work coz no water can be drawn into the house and tanks. When I look at the room thermometer, it shows 40 degree celcius most of the times. My skin feels so dry now, and I need to drink more and more water all the time. We just hope for rains to come…coz we’re starting to lack water now… oh I hate this drought.

Really, drought affects our lives in so many ways coz water is such an important part our daily activities. We need water to live, and so do animals and plants. We need water to grow the food we eat, and to do many different things in our lives, like washing clothes n dishes, cooking, bathing, and swimming and many more. Water is also used to make the electricity, to run the lights in our houses and to charge our cell phones when it comes to low batt. I just cant imagine if we don’t have enough water for these activities because of a drought, it just a nightmare….

Now I just remembered a happy snowman song in Frozen movie…he’s a really big fan of summer 😀 😀 😀
“A drink in my hand, my snow up against the burning sand
Probably getting gorgeously tanned in summer”
…hahaa stupid Olaf has no experience with heat.

Oh talking about summer makes me think of forest and trees…more trees…now I’m thinking about planting more trees in my neighborhood to make our environment greener and cooler. I imagine enjoying a cool breeze under a tree, so refreshing. Oh I hate this hot room, I wish I could type this posting outdoor, but there’s not many trees in my office area. Sigh…

OK back to work again and stop complaining, Mom…

Dazzling Shofia

dazzling
For the past 15 years I have worked on my hobby: beads crafting but never have a gut to show it to public. August is the right time for me to do it, as I had to attend a national crafter gathering in Bandung. I must have a directory of my works if I want to feel more confident to be among professional crafters. So I instanly changed one of my IG accounts into a business one, named Dazzling Shofia. The name just sounds so catchy to me, as it’s a combination of my daughter names: Shofi and Afia. Dazzling? Well, jeweleries must be dazzling, ngono thok aee……
Dazzling Shofia makes my life happier. It just balances my life as a government officer and a passionate crafter. I have been figuring out I’d spend more hours of my life working than anything else I’d ever do, so why not include my passion? Most people who knows me see that I always put on my own handmade jeweleries (accessories to be precise 🙂 ) while teaching. This is just the right time to do it more seriously. I enjoy the satisfaction of teaching and also of promoting and supporting something I truly love: making beads crafts from Jakarta, the capitol of Indonesia, with materials from the richness of Indonesian natural stones. Isn’t that amazing? Mboiss pol!
Though my skills are just beginner, I’m happy that more friends appreciate my works. This really gives me more energy to work at my training center. You know, I’ve been in really bad moods lately, and that really affect my teaching. But since Dazzling Shofia got positive reviews of my friends (already got consumers, to 😀 ), I can get over my irritated mood so quickly. Sure…I really am in a variety of lights — as a mother, teacher, assessor, lecturer, home master-chef, crossword-puzzle wiz, crafter, doodler, etc. I really have less emotional dependence on any single one of these identity “labels.” Thus, if I face a professional setback like yesterday, I can easily weather it more steadily, and get back on my feet more quickly. Isn’t hobby amazing, guys? Wis iyo’o ae talah hahahaa…
Back to Dazzling Shofia. I have already made a lot of bracelets and necklaces so far to display on DS instagram (lousy pics I admit, someday I’ll learn photograpy hehee tenan rek). Most of my jeweleries are made of natural stones and gems, some are pearls and Svarowsky crystals. My favorites are always borneo chips, jadeite, amethyst, ruby, yellow agate, moss agate, and gold sandstones. I also do mending art. I mean I make new, artistic works from broken jeweleries by fixing, repairing, reshaping and adding other materials. This is not easy if you know that working with crimp beads is very hard especially for a beginner like me. But the satisfaction of giving longer-lasting and beautiful results are always rewarding.

One of my friends said “I’m so amazed by your skills. You’re such a total package!” Wow…that’s too much, dude. I should say Astaghfirullahdon’t be too proud, Efi. But I realize that I love many things in life. I’m just complex and just wanna learn many things — that’s what makes me human. And the more I realize my own complexity, the happier I will be. Ngono ae.

Okay…back to crimps again….and enjoy my dazzling happiness….

Craftalova Kopdarnas 2019…Surga Para Crafter se-Indonesia Raya

cfc3

Cuma satu kata buat menggambarkan perasaan habis ikutan CFC Kopdarnas 2 di Harris Hotel & Convention Bandung tanggal 13-14 September lalu :BAHAGIAAAA!!!
Saya berangkat jumat sama Shofi dan Afia saja, coz dua anak cewek saya punya bakat seni dan mereka wajib ikut saya buat belajar dan menyaksikan langsung dari ahlinya di Bandung. Daan….bener juga tuh mereka berdua so have fun banget di sana, apalagi si kecil Afia ya Allah lucu banget selalu langsung menggambar apa yang dia lihat dengan imajinasi anak 6 tahun yang buat saya masyaallah luar biasa jeniusnya tuh anak, takjub saya sama kreatifitasnya.

So balik lagi ke laptop. Setelah sekian lama stuck di hobby beads crafts saya, akhirnya jadi tercerahkan karena banyak inspirasi yang saya dapatkan di CFC 2. Trully, seniman emang once in a while butuh me time buat recharghe energy. Jadi ikutan gathering kemarin tuh bener-bener so insightful, so inspiring. Kerjaan widyaiswara saya yang bejibun sudah saya tuntaskan dulu di kantor sebelum berangkat ke Bandung. Jadi pas budal jemuwah, saya sudah mulai relaks and santai, dan bener…saya bisa kenalan dan sosialisasi dengan para crafter dari berbagai macam karya, mulai dari ecoprint, bag makers, shoe makers, digital printing, beads,leather arts, dan masih banyak lagi.Ketika melihat karya-karya mereka di bazaar, saya jadi punya imajinasi nanti bakalan mau ngapain dengan beads works saya. I’m so thankful to panitia ya, sukses menggelar acara sebesar itu. 
Oya mau mention dulu dong siapa saja peserta CFC 2: OTang (komunitas saya), RCC, Deha, Meca, JbSC, Jtcc, Kriya Cantik Bekasi, RSC, Craftulistiwa, Sisterhood Nusantara, Buletin Craftlova, Bali Loves Handmade, Bogor Creative Crafters, Depok, Blitar Craftamania, Lampung, Jaric (Yogyakarta), Benik (Surabaya), Cirebon, Karfc, aduh apalagi yaa kok saya jadi lupa saking banyaknya.
Mumpung masih anget saya tulisin apa aja yang sudah saya pelajari di sana…
1. Ecoprint dan Teknik Boro bersama bu Pingkan dan mbak Yosefin
Bu Pingkan dan mbak Yosefin mengajari teknik boro dan ecoprint dengan teknik yang sederhana yaitu pounding alias diketuk2. Kita dibagikan daun2 dan bunga2 segar per meja bersama talenan dan ulekan kayu. Caranya kain ditaruh di atas talenan, tata bunga2 dan daun2 dengan motif suka-suka kita, asalnya posisinya jangan terlalu berdekatan. Lalu tutup dengan plastik lebar dan pukul-pukul dengan ulekan sampai tinta tanaman menempel semua di kain. Mukulnya halus tapi kuat biar semua bentuk tanaman terjiplak di kain. Setelah semua bentuk terjiplak, cukup diangin2kan hingga kering. Gampang banget dan lumayan bagus hasil saya buat pemula hehehee…Etapi saya juga lagi beruntung di table 37 saya duduk bersama pakar dari Bogor mbak Rina Shibori yang ngasih contoh duluan…asik banget kita kerja bareng2 sama mba Iin Muzdalifah (Depok), bu Poniati Fajri (Pekanbaru) dan satu lagi bu Dewi. Eh saya browsing2 ternyata ada yang lebih gampang lagi tuh bikin ecoprint, pakai dikukus dua jam…mending bikin begitu aja lain kali di rumah. Yang penting dapatin daun2 yang bagus, trus kalo bisa kain shiborinya yang bagus dan lebar, di Cipadu tempat saya mah banyak. Trus kalo sudah selesai naruh daun di kain,dilapisi plastik, digulung, dikukus and terakhir di fiksasi pakai air tawas atau air cuka biar ngga luntur. That will be my next project for sure.
Oya yang teknik boro itu nambal kain supaya pakaian masih bisa difungsikan lagi. Kain itu sampah nomor 2 di dunia setelah plastik lho, jadi dengan boro kita bisa extend usia baju dan jadi lebih go green dengan daur ulang bahan2 kain bekas di rumah. Pas lihat slides beliau yang baju di Jepang berusia lama yang pakai boro berulang2 sampai puluhan tahun, batinku lha kok kayak klambi gembel mbambung tah hahahaa… Etapi jangan salah, barang kreasi handmade dengan sulaman suka-suka itu malah bernilai seni tinggi loh. Kalau melihat contoh2 kreasi bu Pingkan dan mbak Yosefin yang berseni duh ckckckck…emang bagus sekalee. Stichingnya rapi, kombinasi warnanya keren, ada beberapa sulaman, kalo jelujuran juga bermotif atau setidaknya ada bentuk geometris…aduh emang trully work of art. Duh jadi nggak sabar mau gunting jins belel di rumah tak tembel2 biar kereen kayak contoh kemarin. #nextproject #ojomungrencanathok
Oya foto berikut ni pas Sisterhood Narsis Time kita gabung2 karya boro masing2 kita tadi per-sisterhood dibuat apa aja dalam given time 15 menit buat show time di panggung. Kocak juga ada panggung fashion dadakan dan edan2an kita hahahaa..
kopdarnas
2. Belajar digital printing bersama pak Paulus Widjaja
Diajarin nyetak sendiri pakai printer di kain kanvas atau polyster. Cukup punya printer Epson L1800(6warna) atau L1300(cuman 4 warna)dan tinta sublimasi bisa cetak di kain. Kertas pake kertas fotocopy kualitas terbaik, kalo beliau pake PaperOne box ijo…di kantor juga banyak (eh iki korupsi lak an hehee..pake bekasnya maksud ane). Gambar dan tulisan yang dibuat jangan lupa di mirorring dulu sebelum di print ya, kan nanti pas dipress (cukup pakai setrikaan biasa sekitar 8-10 detik aja) kebaca dengan benar. Seneng banget lihat hasilnya warnanya tajam, coz tinta sublimasi itu kata pak Paulus mudah tertransfer coz tintanya sensitif terhadap suhu. Sublimasi tuh tinta akan berubah menjadi bentuk gas apabila berada dibawah pengaruh suhu yang tinggi ya, inga2 pelajaran IPA… Wow that’ll be my next project. Saya ada printer Epson lawas kayaknya bisa diservisin dulu kalo mau buat latihan. #nextprojectbeneran
3. Boneka Etnik
Yang ini saya cuma megang2 dan lihat2 karya teman-teman yang ikutan workshop bikin boneka etnik atau yang dijual di bazaar. Tadinya saya mau daftar ikutan ini tapi berhubung sesinya malam saya batalin aja, takut ngga kuat melek. Saya sempat nyumpah2 gemes tuh saya punya kain tenun kayak gitu 2,5 meter  sudah tak buang jauh2 karena kotor (waktu itu saya jadiin korden dapur di rumah lama). Padahal kalo dibuat baju boneka macam gitu bisa jadi ratusan boneka yah…nangiss. Boneka jahit tangan biasa, gampang ditiru kalo ada contohnya.Ini saya ambil gambar karya mbak Sufti dari WA group Otang, maap mbak tak comot fotomu…
boneka etnik
BTW di CFC 2 ada beberapa workshop yang diberikan di ruang2 khusus buat peserta yang berminat, macam buat batik
4. Gelang Beads Unik
Ada booth yang jualan gelang beadsnya gila2an harganya, paling murah 215 rebu 😮 …tapi swear emang bagus banget gelangnya full of charms dan batu2nya dikombinasi berbagai jenis. Saya sendiri jualan Dazzling Shofia (belum kucek lagi kemarin berapa lakunya) di booth Otang nggak berani mahal2 karena saya per gelang pakai satu jenis batu dan satu jenis asesories. Saya sama ratakan semua harganya per piece 40rb aja, gilaak murmer banget kan buat gelang dengan batu alami dan berasesories. Saya cuma pengen mejengin karya aja di sana cuma pengen tau ada yang minat ngga, coz gelang DS kayak kemarin itu kalo dijual di kantor 50rb aja udah jadi rebutan teman2 saya. Tapi what I’ve learnt kemarin di booth bapak itu dia cuek saja meskipun gelang dia cuma diilirik2 dan dipegang2 saja sama pengunjung tanpa ada yang beli..dia tetap senang memajangnya.But I think saya dan bapak itu harusnya majang jualan jangan di CFC coz pesertanya kan mostly bag makers dan penyuka fabrics ya…etapi kalo buat ngeramein sih oke2 sih. Saya jadi pengen buat gelang yang totally unik kayak di booth itu, jadi dia itu berani mix kombinasi beads dan charms, tapi warnanya ada yang gradasi maupun senada. Ada juga yang beading wirenya kontras, unik banget buat saya, boljug nih ditiru. Trus yang pakai crimping cuma di mix pakai Dalmatian jasper, crystal shadow, color crystals, chakra stones sama banyakin vermeil jump rings adodoh-eeii…cakep banget. Jadi dia itu banyakin asesories aja, malah batunya dikitan…tapi brani juga pasang harga mahal. Kalo penyuka batu mulia macam saya kan lebih suka banyak batunya daripada ornamennya. Well selera sih. Oya di booth lain saya nemu rose quarts beads cuma 20 rb, beli. Trus juga nemu bahan cincin cuma 5 rb seplastik, silver wire cuma 8rb, trus semacam charm bulet krawangan ngga tau deh namanya apa cuma 5rb pulak. Beli.Beli.Beli. Saya belanja banyak di booth itu, aduh lupa namanya pokoknya dia yang terima pesenan logo di kulit dan kayu. Kata SPGnya sih ngabisin stok aja makanya dia obral, duuh beruntungnya dakuh…blanja ngga sampe 70 rb dapat buanyaak macam bahan. My next project tentunya mau pakai itu semua buat bikin necklaces and bracelets lagi ya…kan WI kalo ngajar asesories harus gonta ganti dong hehee…
5. Macrame
Saya dapat doorprize karena menang tebak2an saat acara malam Sisterhood Narsis Time, hadiahnya Macrame yang super cute. Macrame itu anyaman tali yang simpul-simpul jadi terbentuk motif-motif tertentu, misalnya kotak-kotak, panah, dll. Pas saya amat2in gampang juga kayaknya bikinnya, mengingatkan jaman SD dulu aku pernah belajar buat gelang anyam2an sama kakak.Hadiah saya tuh cuma pakai single dan square knot aja tapi cantiik deh hasilnya. Ntar bakal saya pajang buat nggantungin daun plastik yang kubeli lebaran lalu…biar rumah agak hijau dikiit… 😀

 

And there are still more that I learnt from that gathering…jadi semangat mau seriusin hobby crafting saya. Yang pasti, Dazzling Shofia juga bakal kumanage dengan lebih profesional lagi buat persiapan purnabhakti. Apa itu DS? Ntar kuceritain di postingan lain ya…you just wait. Yang pasti,, next CFC Gathering mau ikutan lagi ah…
cfc 2

Thank you OTang for giving me the chance to expand my horizon.
IMG-20190718-WA0017